Lihat ke Halaman Asli

Julius Deliawan

https://www.instagram.com/juliusdeliawan/

Berproses Menjadi Penulis

Diperbarui: 10 Januari 2016   12:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Mimpi menjadi penulis buku, hingga hari ini masih merupakan mimpi bagiku. Dari sekian banyak tulisan, hanya satu yang menurutku cukup layak untuk kukirimkan ke penerbit. Meski dimata penerbit, tulisanku sangat biasa dan sudah terlalu banyak yang menulis genre tersebut. Menurut penerbit, tulisanku pasti akan tenggelam di pasar, mengingat aku bukan siapa-siapa. Yang terakhir ini adalah asumsiku sendiri, berdasar surat balasan penerbit dan diskusi dengan salah seorang editor buku yang kukenal. Tetapi setidaknya, apa yang kulakukan sudah mengarah pada trek yang benar. Hiburannya, semua penulis besar juga pernah mengalami penolakan.

Tulisan kali ini tidak akan mengulas tentang tulisanku yang gagal itu, tetapi beberapa langkah yang sudah kulakukan guna menghasilkan tulisan. Banyak yang bilang aku ini moody, saat mood datang sangat mudah untuk menghasilkan tulisan. Namun begitu jeda, butuh waktu panjang untuk kembali membangkitkan kemauan untuk menuliskan kata-demi kata menjadi rangkaian kalimat yang enak dibaca.

Komitmen kedisiplinan, resolusi awal tahun, tidak pernah kupatuhi secara kontinyu. Meski tulisanku banyak, tulisan-tulisan tersebut bukanlah tulisan yang memiliki satu kesatuan. Parsial, tergantung apa yang kupikirkan pada saat ingin menulis. Aku tersiksa jika mesti menulis untuk sebuah tulisan utuh, untuk sebuah buku misalnya. Aku lebih menikmati menulis tulisan-tulisan pendek, yang selesai dalam satu kesempatan menulis. Apabila menulis tema-tema besar, seringkali hanya semangat di awal, buat out line, tulis beberapa bab, lalu terhenti begitu saja. Bukan tidak ada ide, aku bosan karena sepertinya tulisan itu tidak selesai-selesai. Sehingga aku berkesimpulan, aku ini tipikal yang orang yang terlalu berorientasi pada proses tetapi melupakan hasil.

Lambat laun aku mengenal karakter dari kebiasaanku menulis. Pembosan, yang bermimpi besar menjadi penulis. Beberapa tulisan pendekku, sebenarnya berhasil di muat di beberapa media, baik di bulletin internal maupun regional. Bahkan dari blog pribadiku, di antaranya ada yang nangkring di web resmi beberapa universitas. Aku beruntung, namaku mereka tuliskan di artikel lepas tersebut. Senang, dan tentunya menyemangati keinginanku untuk terus memperdalam kemampuan menulis.

Meski belum menjadi siapa-siapa di dunia tulis menulis, aku memiliki beberapa langkah yang selama ini dapat membuatku, kembali dan kembali lagi untuk terus menulis.

Pertama, ketika menyadari bahwa aku ini pembosan, dan sering tidak fokus saat menulis, karena ketika sedang mood, selalu ada saja ide di kepala. Semuanya ingin kutulis, alhasil ide-ide itu hanya menjadi out line, yang terbengkalai. Aku mulai mengambil sikap, menyelesaikan setiap ide tulisan meski hanya berupa tulisan singkat. Namun ide tulisan tetap dapat tertangkap. Aku mengembangkan sebuah cara, yaitu menulis tiga paragraph. Asumsinya tulisanku terdiri atas ; pembuka, isi dan penutup. Lama aku bertahan dengan cara itu. Sedikit demi sedikit aku mulai berorientasi pada hasil. Bahkan kini aku mampu menyelesaikan setiap ide tulisan lebih banyak dari sekedar tiga paragraph.

Kedua, meski aku mencoba membiasakan menulis artikel pendek, bukan berarti Mimpi membuat buku kulupakan. Aku tetap berorientasi pada hal tersebut, caranya dengan membagi ide besar, ke ide-ide sederhana, namun ide-ide tersebut tetap bermuara pad ide besar yang kumaksud. Harapannya, aku dapat menyelesaikan ide-ide sederhana tersebut dalam satu kesempatan menulis. Ternyata cara ini cukup membantu. Perkembangan dari beberapa buku yang ingin kutulis, sudah menunjukkan kemajuan berarti. Satu diantaranya berhasil kuselesaiakan, meski belum laku untuk diterbitkan.

Ketiga, membangun kedisiplinan menulis setiap hari. Ini komitmen pribadi yang cukup berat. Tetapi aku terus mencoba, mencoba dan mencoba. Gagal, kuulangi, dan kuulangi lagi. Ada yang bilang, orang berhasil itu bukan orang yang tidak pernah gagal, tetapi orang yang tidak pernah berhenti mencoba. Kali ini aku mengafirmasi diri dengan beragam keuntungan hidup sebagai penulis dan menegaskan pada diri sendiri ; tidak akan tidur sebelum menulis. Latihan kedisiplinan tahap awal kali ini kuberi jangka waktu 21 hari. Periode yang pernah kubaca dapat mengubah kebiasaan.

Keempat, ide menulis memang tidak selalu datang. Kalau pun datang, aku tidak tahu apa manfaat tulisan tersebut. Apakah hanya sekedar menjadi ajang latihan menulis? Sampai kapan? Inilah yang membuatku kemudian mencoba mencari sesuatu yang berbeda, dari latihan kedisiplinan yang sedang kujalani. Aku mulai berpikir ; akan lebih baik jika tulisanku mulai ditujukan untuk apa dan ingin kupublikasikan melalui apa dan di mana? Itu dulu, belum perlu memikirkan siapa pembacanya dan lainnya. Nanti itu dapat membuatku berhenti, sebelum menuliskan sepatahkatapun. Ternyata, beberapa hari ini trik itu membuat tulisanku mengalir. Ide, ada saja, dan aku berhasil menyelesaikannya.

Harapannya, apa yang telah kulakukan ini lambat laun akan benar-benar mewujudkan mimpiku ; menjadi penulis. Tentu penulis yang berhasil menerbitkan buku. Apakah Anda mendukung mimpiku? @

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline