Tulus bilang hidup itu seperti perjalanan. Kita bertemu dengan banyak orang. Ada yang bikin kita senang, hidup menjadi bersemangat. Tetapi yang menyebalkan dan membuat kita terjatuh, juga tidak kurang. Kita tidak bisa memilih harus ketemu yang mana. Lagipula, mereka juga berpikir begitu seperti kita.
Kita pengin bertemu dengan orang-orang yang menyenangkan, begitu juga orang lain ketika bertemu dengan kita. Sehingga ada ungkapan, seperti apa kita ingin diperlakukan, perbuatlah demikian. Simpel, Anda menabur, maka akan menuai. Masuk akal, logis dan no debat.
Tetapi siapa yang harus memulai duluan, kita atau mereka ? Perjumpaan pertama momentum yang sangat menentukan. Karena semua itu merupakan soal tabur tuai, aksi reaksi, Anda sopan kami segan, dan banyak lagi lainnya.
Dengan prinsip itu, bisa nggak ya kita mengasihi dan membiarkan apapun yang terjadi, termasuk disakiti? Cool aja, karena memang hanya pengin mengasihi, soal mereka mengasihi atau tidak, tidak terlalu penting. Pernah mendengar dari pendeta, model begini ini, kasihnya adalah kasih "meskipun" atau "walaupun." Kalimatnya begini ; aku mengasihimu, meskipun kamu tidak, aku mencintaimu walaupun kamu membenciku. Keren kan ? Bukan juga sekedar omongan, tetapi juga action, bagaimana bentuk mengasihi atau mencintai itu. Lantas ada yang komentar, ini mah bucin.
Tetapi ada yang model kasihnya begini. Karena jalan hidupnya memang untuk mengasihi. Tidak bisa tidak. Sosoknya hari ini diperingati oleh umat kristiani sebagai kenaikanNya ke surga. Yesus Kristus. Bahkan ketika rasa belas kasihNya itu disalah pahami, Dia hanya bisa mengasihi.
Penulis injil mencatat, Dia mengubah air menjadi anggur, berjalan di atas air, mukjizat kesembuhan dan masih banyak perkara lainnya. Tetapi para penulis itu juga mencatat bagaimana akhir hidupnya. Disalibkan, sebuah proses kematian untuk penjahat yang paling hina. Penghinaan dari orang-orang yang Ia cintai itu Ia tanggung. Bahkan memaklumiNya, dengan mengatakan ; mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Bayangkan, sosok yang keberadaanNya ada untuk mencintai, diperlakukan sejajar dengan penjahat kelas berat. Ditertawakan, bahkan ketika pengadilan Romawi tidak menemukan kesalahan apa-apa padaNya.
Memahami bagaimana Yesus mengasihi manusia, memang terlalu pelik. Bahkan sampai hari ini pun, masih banyak yang mengolok apa yang Dia lakukan, persis sama dengan olokan ketika Dia disalibkan. Tetapi itu tidak membuat peristiwa hina dina itu, menenggelamkan pesan cinta yang ingin Dia sampaikan. Belas kasih yang Ia tunjukkan itu menjalari hati dan pikiran orang-orang terpinggirkan dizamannya. Sehingga tidak pernah ada sesuatupun membuat cintaNya padam. Keteguhan orang-orang yang dijalari oleh cintaNya inilah yang membuat kekuatannya saya rasakan saat ini.
Setelah kematiannya yang sadis, kisah selanjutnya menjadi sangat dramatis. Ia bangkit dihari yang ketiga. Bagi pengikutNya, ini adalah babak baru, tonggak kemenangan. Membuktikan bahwa kekuatan cinta itu nyata. Karena dilakukan oleh sumber cinta itu sendiri.
Jika hari ini, sosokNya naik ke surga diperingati, ada satu misi yang Yesus sampaikan ; "..kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi. " (Kisah Para Rasul 1 ; 8 ) Saya mencari tahu apa arti kata saksi dalam KBBI, beginilah salah satu definisinya ; orang yang dimintai hadir pada suatu peristiwa yang dianggap mengetahui kejadian tersebut agar pada suatu ketika, apabila diperlukan, dapat memberikan keterangan yang membenarkan bahwa peristiwa itu sungguh-sungguh terjadi.
Dalam kacamata awam saya, saksi memiliki perspektif dua arah, melihat, merasakan apa yang terjadi dan menyampaikan itu semua secara lugas. Kata "saksiKu" saya yakini bukan dimaksudkan untuk hari terakhirnya saja. Yaitu tentang bagaimana Ia dalam kemuliaanNya naik ke surga. Tetapi keseluruhan tentang hidup Yesus. Termasuk bagaimana Ia menderita dan dihinakan. Maka akan dapat diketahui, itu semua adalah perjalanan tentang bagaimana mencintai. Selamat merayakan kenaikan Yesus Kristus.