Masih teringat dua tahun lalu, tepatnya ketika perayaan tahun baru, rumah saya di Pondok Gede di tenggelamkan banjir. Sementara, kami sekeluarga sedang liburan bersama keluarga di Karang Anyar. Kala itu, sebagian besar isi rumah terendam.
Kini, di penghujung tahun 2022 dan awal tahun 2023, kami berniat berkunjung ke orang tua di Tulang Bawang Barat, Lampung. Sempat gamang, bukan takut kembali rumah tenggelam, berdasarkan pengalaman sebelumnya kami sudah antisipasi. Tetapi lebih dikarenakan cuaca di Selat Sunda yang tidak menentu. Berdasar peringatan BMKG dan pemberitaan. Bahkan menjelang Natal, jalur penyeberangan Merak -- Bakauheni sempat buka tutup. Cuaca ekstrim dan ombak tinggi.
Meski gamang, kami putuskan tetap pada rencana. Sejak pandemi, kami memang belum pernah bertemu. Kemajuan teknologi, tidak sepenuhnya dapat memenuhi kerinduan kami. Video call, ternyata belum cukup memenuhi kebutuhan untuk saling berinteraksi. Mungkin itu karena keberadaan saya sebagai imigran di era ini. Tetapi anak saya, yang oleh pakar di sebut native justru yang paling getol mendorong kami untuk pergi.
Mengamati cuaca dan pemberitaan, juga berdasar informasi dari beberapa teman, saya mencoba menyiasati keberangkatan. Saya berkeyakinan, jika menyeberang di pagi hari, cuaca relative lebih stabil. Selain itu, meski BMKG menginformasikan agar waspada, namun ada pernyataan yang menenangkan di sana, yaitu cuaca buruk dapat diprediksi sebelumnya. Jika itu terjadi, maka penyeberangan akan dihentikan. Meski kami harus rela menunggu. Demi keselamatan, saya pikir itu sama sekali tidak ada masalah. Apalagi di jalur penyeberangan Express, tersedia tempat-tempat asyik untuk menunggu. Tinggal merogoh kocek sedikit lebih.
Prediksi saya benar, sampai dipelabuhan Merak ketika berangkat ke Lampung, cuaca cerah. Bahkan tidak perlu menunggu lama, kami bisa langsung naik ke kapal penyeberangan. Sistem pembelian tikat online, juga relative mudah bagi saya yang baru pertama kali melakukan pembelian. Begitu pun ketika kami hendak kembali ke Bekasi. Meski gelombang tinggi memang terjadi sehari sebelum kami berangkat dan sehari sebelum kami pulang. Pilihan waktu pagi hari untuk menyeberang dan mengambil jeda beberapa saat setelah penutupan, membuat kami terhindar dari cuaca ekstrem dan mengantri lama untuk menyeberang. Meski saya tidak yakin apakah akan selalu demikian, mungkin kami sedang beruntung saja.
Pengalaman dua tahun sebelumnya dan informasi dari pihak terkait, pada perjalanan kali ini benar-benar saya perhatikan. Karena pulang kampung kali ini, kami tentunya ingin menikmati kebahagiaan bersama, dan itu akan memberi kebahagiaan untuk menikmati hari-hari seanjutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H