Lihat ke Halaman Asli

Julius Deliawan

https://www.instagram.com/juliusdeliawan/

Kekuatan Masyarakat Sipil Anti-perang dalam Konflik Rusia-Ukraina

Diperbarui: 28 Februari 2022   18:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seseorang memegang poster di depan Gerbang Brandenburg yang menyala dengan warna bendera Ukraina selama protes anti-perang, setelah Rusia melancarkan operasi militer besar-besaran terhadap Ukraina, di Berlin, Jerman, Kamis (24/2/2022).  (REUTERS/Christian Mang via kompas.com)

Apapun alasannya, Perang Rusia -- Ukraina adalah fakta. Masing-masing pihak memiliki argumen.  Rusia  terancam, melalui kehadiran NATO di Ukraina, seandainya hal tersebut nantinya benar terjadi. 

Sementara bagi Ukraina, perang adalah upaya mempertahankan diri atas "invasi" Rusia, yang  sebagian negara masih galau menyebutnya sebagai invasi.

Apapun alasannya, kerusakan telah terjadi di banyak tempat di Ukraina. Sebagai medan pertempuran berlangsung.  Warga dunia, menyaksikan apa yang terjadi dari beragam sudut pandang. Kamera ponsel warga Ukraina, CCTV gedung, dan media lain,  yang diunggah ke dunia maya.

Semuanya tampil seolah alami, apa adanya. Tanpa rambu-rambu jurnalistik.  Sehingga apa yang terjadi di sana, terasa dekat dari tempat ini, atau belahan dunia manapun. Layaknya gossip antar warga.

Rasa takut dan heroiknya warga Ukraina tertangkap kamera  warga, natural. Tank Rusia, dihadang hanya menggunakan bom Molotov. Pun, parade militer Rusia dan pendukungnya yang menggetarkan. Termasuk bagaimana kesabaran tentara Rusia menghadapi warga sipil Ukraina.

Semua itu jelas menimbulkan banyak rasa. Marah, sedih,  kecewa, bangga, decak kagum, dan masih banyak yang lainnya. Mewarnai perasaan masyarakat dari belahan dunia yang berbeda.

Ternyata, kini perang bukan hanya murni milik penguasa, melalui deklarasi yang mereka buat. Masyarakat sipil punya caranya sendiri untuk bersikap. Meski berbeda dengan sikap negaranya. Dulu mungkin ada, tetapi gerakannya akan mudah terbungkam. Tetapi saat ini, barangkali melawan kekuatan sipil yang menembus batas-batas negara, tidak mudah.

Mereka berkoalisi atas dasar solidaritas tanpa memandang SARA.  Murni atas dasar kemanusiaan. Bahkan mungkin kekuatannya lebih besar dari kekuatan pihak-pihak yang sedang bertempur.

Sehingga salah bersikap dan memposisikan diri, akan berdampak buruk dan merugikan. Karena simpati warga dunia pasti akan mengalir bagi  pihak yang tertindas.

 Munculnya Demontrasi Anti Perang di Kota-Kota Besar Rusia

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline