Lihat ke Halaman Asli

Julius Deliawan

https://www.instagram.com/juliusdeliawan/

Perlunya Pendekatan "Remeh Temeh" dalam Mengajar

Diperbarui: 18 Mei 2020   08:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber pixabay.com

“Pernahkan kalian kejedot pintu sampai lupa ingatan?”

“Kejedot sih sering, tapi lupa ingatan , nggak pak.”

Lontaran pertanyaan remeh temeh itu biasanya akan berlanjut dengan pembicaraan yang penuh gelak tawa. Kebiasaan saya untuk memulai aktifitas ketika kebijakan belajar dari rumah belum diterapkan.

Bukan asal lontaran, tetapi pernyataan yang dapat saya gunakan untuk memulai kajian pada hari itu. Tidak selalu serius. Bahkan semakin tidak terdengar serius akan jauh lebih baik. Menurut saya itu akan membuat anak-anak, para siswa relak. Sebelum memulai sesuatu yang mungkin dapat membuat mereka tegang.

Saya lanjutkan dengan lontaran pertanyaan di atas.

“Saya pernah.”

“Serius pak?”

“Maksud saya, saya pernah punya teman, yang seperti itu. Kejedot lantas lupa ingatan. Belum selesai bicara kalian sudah sela.”

Biasanya kelas berisik, memprotes saya.

“Kalau saya nonton film yang seperti itu pernah pak.” 

Ada juga yang  menanggapi, menceritakan pengalamannya dengan konten yang berbeda. Tidak hanya satu anak malah. Beberapa terpancing untuk menyusul. Situasi yang saya inginkan. Istilahnya, mengkondisikan keadaan agar siswa siap untuk menerima pelajaran di hari itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline