Lihat ke Halaman Asli

Julius Deliawan

https://www.instagram.com/juliusdeliawan/

Humor, Jembatan Lintas Generasi

Diperbarui: 25 Juni 2018   08:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://lifestyle.kompas.com/read/2014/04/20/1211245/Anak.dengan.Selera.Humor.yang.Baik.Lebih.Mudah.Mewujudkan.Cita-cita. (ilustrasi: www.newyorker.com)

Seorang teman mengirimkan video di wall fb saya, di statusnya ditulis; ngakak abies! Penasaran, saya klik. Hasilnya, saya pun senyum-senyum sendiri. Video berisi ceramah, seorang kyai sepuh yang menyampaikan pesan moral agama pada santrinya. Para santri yang masih belia, sepanjang video tak tampak ogah-ogahan mendengarkan.  Selalu ada banyolan konstektual segar yang diselipkan sang kyai, untuk materi yang menurut saya berat.

Sebagai guru, saya ini digerus usia. Meski mengajar di SMA, lama-lama jarak usia saya dengan murid-murid saya itu semakin menjauh. Awal mengajar, mereka itu nyaris seusia. Ngobrolnya nyambung. Apa yang mereka tahu, saya tahu. Lantas seperti abang adik, berlanjut ke paman keponakan. Sekarang sudah seperti bapak anak.

Pada soal materi, okelah, tidak ada persoalan. Apalagi, saat menempuhnya di perguruan tinggi, saya ini relative lebih lama dari teman-teman. Jadi boleh dibilang lebih dalem (ini bentuk upaya membangun kepercayaan diri, he..he..). Tetapi soal bagaimana materi itu nyampai ke murid-murid yang saya ajar, itu persoalan.

Dunia yang saya hidupi dan mereka hidupi sangat jauh berbeda. Soal ketertinggalan jangan ditanya. Sambungan internet membuat mereka cerdas tanpa saya minta. Seandainya mereka mau mencari, mungkin yang saya ajarkan itu sudah mengalami dinamika terbarunya. Bisa saja sudah disanggah sana-sini. Sementara, saya masih mengajarkannya dengan kepercayaan diri yang tinggi. Sekuat apapun saya berusaha mengejar, mereka lebih lincah. Selincah game-game yang mereka mainkan.

Teknologi, saya akui mempermudah proses pembelajaran di kelas. Youtube menyediakan banyak materi, sangat membantu. Aplikasi presentasi juga semakin menarik. Saat mengajar di kelas menjadi lebih ringan, meski berat dipersiapan. Karena mesti membuat, yang kadang membutuhkan waktu dan energi lebih banyak ketimbang proses di kelas yang hanya puluhan menit saja. Dan harus berganti setiap harinya.

Apapun bentuknya, secanggih apapun itu, hanyalah perangkat. Alat yang membantu. Di kelas, aktor utamanya tetaplah seorang guru. Kemampuan menyampaikan konten materi tetaplah hal utama. Membuka pertemuan, menggugah perasaan ingin tahu para murid, tidak semudah memutar video youtube. Memberi kesimpulan, tidak sesederhana mencari latar dan kata yang tepat untuk halaman power point.

Humor, adalah satu dari sekian banyak jalan yang dapat menghubungkan jarak antara generasi old dan para milenial. Dari banyak informasi yang saya baca, generasi milenial itu ingin serba praktis. Kebiasaan mereka itu mengkompres data, me-resize foto biar mudah di upload. Barangkali termasuk ilmu pengetahuan yang ingin mereka pelajari. Semuanya jadi sederhana dan menyenangkan, jika sulit buat menjadi mudah.

Humor mungkin tidak menyederhanakan konten, tetapi setidaknya menghadirkan konten menjadi lebih menyenangkan. Apa yang sebenarnya berat menjadi lebih ringan. Seperti video yang saya lihat diawal. Sebab tawa tidak mengenal pembatasan usia. Juga  kasta, jika lucu, ya tertawa saja. Semua gembira. 

Saya gembira karena berhasil menyampaikan materi tanpa melihat reaksi yang menyebalkan. Para murid juga gembira, setidaknya bisa sejenak tidak pusing dengan hafalan nama raja dan tanggal kapan dia mulai membangun kerajaannya. Meski begitu, jangan sekali-kali menggunakan humor yang tidak mereka hidupi. (untuk yang ini saya akan tulis dilain kesempatan).




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline