"Jenuh!" Kata yang sering terlontar manakala seseorang berada pada situasi yang sama dalam waktu yang lama. Dari jam ke jam, hari ke hari, bulan bahkan tahun menjalani rutinitas yang sama. Statis dan monoton. Menjalani hari menjadi sangat membosankan. Gairah redup hingga tidak lagi tampak pijarnya.
Pekerjaan apapun pasti memiliki titik jenuh. Rutinitas memiliki konsekuensi demikian. Pengulangan aktivitas yang terbatas hanya itu ke itu saja, tak jarang juga menjadi tekanan tersendiri. Stress! Bahkan stress pun dapat melanda mereka yang pekerjaannya menghibur. Misalnya rutinintas kegiatan untuk mempersiapkan sebuah hiburan. Bagi kita kehadirannya adalah hiburan, tapi bagi mereka itu adalah pekerjaan.
Dibesarkan dalam lingkungan budaya Jawa, saya dididik untuk tidak gampang mengeluh. Namun realitas atas situasi yang tidak berubah, mendorong saya tergoda untuk tidak patuh pada petuah didikan itu. Karena saya tidak ingin berbohong pada apa yang sedang saya alami dan pikirkan. Refresing dan suasana dipercaya dapat membantu. Kendalanya, lagi-lagi, harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, belum lagi waktu untuk itu terbatas. Lantas, haruskah tinggal diam saja, membiarkan apa yang terjadi, terjadilah? Atau kemudian justru menjadi pintar? Itu pilihan!
Kini pilihan ada pada diri kita. Tidak ada salahnya jika kita belajar memaknai apa yang sedang terjadi di rasa jenuh itu. Paling tidak ini cara saya mengenal apa yang sesungguhnya sedang terjadi. Manusia dengan segala kebutuhan-kebutuhan dasarnya.
Memahami kejenuhan sebagai sebuah pemberontakan. Gejolak akal budi yang bergerak dinamis. Tidak puas, atau cukup dengan realitas yang ada. Ia butuh sesuatu yang berbeda dari apa yang selama ini dijalani.
Artinya, akal budi sedang dan terus bekerja. Ia membutuhkan suasana-suasana baru dalam kehidupan seseorang. Ini menandakan akal budi masih hidup, dan aktif bekerja. Ia tidak berhenti pada satu titik. Sisi kemanusiaan seseorang benar-benar masih berfungsi. Aktifitas yang monoton, tak membuat manusia menjadi 'robot', tetapi mahluk spiritual yang sisi batinnya selalu aktif mencari sesuatu yang indah untuk dinikmati. Jika demikian, sudah selayaknya kejenuhan disyukuri kehadirannya.
Diolah dari blog pribadi: 1, 2
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI