Foto nyeplek di http://1t4juwita.wordpress.com/
Probolinggo, 23 Maret 2014
JANUARI
: Semacam Rindu pada Senyum Seseorang : 06 01 2014
"Banyak orang bilang kalau hujan itu anugerah. Betul kan?"
"Ah, mereka yang bilang begitu tak sepenuhnya tahu dari mana dibuatnya hujan"
"Memangnya kau tahu?"
"Hujan itu sebenarnya kumpulan kenangan buram di masa kelam. Bahkan langit pun tak kuasa menahan kenangan, hingga langit melemparkannya ke segala arah berbentuk sepian kecil berupa tetes-tetes air. Nah, tetesan itu oleh orang-orang dinamakan gerimis, jika banyak menjadi hujan, jika menumpuk membentuk banjir. Kalau sudah begitu, tidak ada seorang pun yang menyukai banjir. Dan memang seharusnya begitu, hujan hanyalah senja di padang pasir, udaranya begitu kering."
"Kau selalu saja punya pandangan yang aneh-aneh. Di dunia ini tidak ada yang namanya..."
Belum selesai Ainun melengkapi kalimatnya, tiba-tiba Linda datang dengan wajah bersungut mendatangi kami yang sedang asik menanti hujan, kumpulan kenangan di masa kelam. Pakaiannya sangat berbeda dengan dulu kukenal. Sekarang dia bergincu merah terang, berkaos ketat hingga dadanya terlihat menantang. Jalannya seolah dibuat-buat, pinggul dipindah-pindah dari kanan ke kiri.
"Jangan lagi kalian berani berbincang tentang hujan. Karena hujan adalah kekasihku. Semua yang kalian bicarakan hanyalah kesia-siaan. Hujan itu jelmaan malaikat maut. Dia tak pandang bulu mau jatuh di daerah mana, karena itu memang tugasnya, membasah-ratai tanah bumi."
Ainun tak mau kalah, mulutnya mulai mencucu, pertanda ingin berkata panjang-panjang. Sebelum keluar sepatah kata, kututup mulutnya dengan mulutku. Dan dia hanya diam. Dia melepas mulutnya dari mulutku dan bilang "Kau nakal," kemudian dia tersenyum. "Nah, begitu Ainun, aku sangat senang melihat senyummu"
Jika datang waktuku padamu
Cukuplah kau dekap aku dengan senyummu
Senyum yang dibuat-buat itu sangat tidak enak dipandang. Lebih baik kau tanpa ekspresi saja saat melihatku, daripada membuatku muak melihatnya. Untungnya, senyuman palsumu itu sedikit mengobati rinduku pada senyummu. Teruslah tersenyum! 08/01/14
Benar-benar hari yang menyenangkan. Merasakan desakan dada yang menyesakkan. Ini artinya diriku ada semacam kecendrungan pada seseorang. Dia membuatku bingung, menunggu, resah, dan tak berselera makan. Ah, perempuan, kau bisa saja membuatku tersenyum dalam keresahan. 15 01 14
Aha!
Ini hari yang memaksaku menunggu pesan seharian tadi. Sayangnya pesan itu melayang. Semacam layangan terbang dengan tali terputus. Hanya angin yang dapat mengembalikannya. Ya, hanya angin. 15 01 14
: Leksikon Cinta : 15 01 14
Aku selalu ragu (sepertinya lebih tepat menggunakan kata "malu") untuk berkomunikasi online dengan orang yang bernar-benar kusukai. *karena biasanya aku menjadi lelaki bodoh, tak punya bahan cerita tetapi ingin sekali ngobrol dengannya*
Apakah ini suatu hal yang buruk?
: Semacam Penjelasan tentang Nama : 16 01 14
"Bagi seorang penulis, menyelipkan sebuah nama pada tokoh fiksinya bukan hal kebetulan, apalagi penghinaan, melainkan kekaguman, dan harapan. Harapan seorang penulis tidak sependek cerita pendek, lebih dari itu."
"Kau mencoba merayuku?" tiba-tiba Feeni muncul, tepat di depanku, menyahut tanpa pamit.
"Bukan begitu, Feeni, kau bukan tokoh fiksi"
"Sepertinya kau menjadi orang yang tidak konsisten. Bukankah kemaren kau bilang aku ini tokoh fiksi!"
"Jangan marah begitu padaku, lihatlah kata-kataku yang pertama"
"Baiklah, jadi kau sedang merayuku?" Pipi Feeni sedikit memerah, senyumnya seperti ditahan, kebiasaan wanita jika dirayu.
"Ah, memahamkan perempuan memang sulit, bahkan dengan tokoh fiksi sekalipun"
"Kau bilang aku ini tokoh fiksi!" Wajahnya tetap memerah tapi bukan karena dirayu.
"Astaga, Feeni, aku tidak sedang bicara denganmu, tapi dengan orang yang melihat status ini. Ayolah, jangan bikin dialog ini semacam dejavu,"
"Kalau begitu, lebih baik aku melenyap saja." Lalu Feeni pergi, terus melangkah, semakin jauh, semakin menjauh, tapi dia tidak lenyap, walaupun sepertinya dia telah berjalan jauh, aku tetap bisa memandanginya sejelas pertama kali dia muncul.
"Kau curang," Umpatnya bersungut-sungut. Wajahnya memerah, entah karena apa. "Mana mungkin aku bisa lenyap, aku kan hidup dalam khayalmu" Aku tak tahu kapan Feeni berjalan mendekat, tiba-tiba saja dia ada di hadapanku, menubrukku.
: Masalah Dewasa : 22 01 14
Semakin manusia mendapat masalah, semakin pula ia bertambah dewasa. Ialah apabila ia berusaha memcari solusinya, bukan menghindari atau lari dari masalah.
: Dejavu : 23 01 14
Lelaki itu sekarang hanya duduk termangu memandang lurus dengan tatapan kosong. Dia terlihat seperti sedang menunggu kenangan atau ingin melupakan seseorang. Dia pernah bercerita padaku kalau selama tiga harmal (hari malam) dia diteror perempuan nakal. Dikatakan nakal karena perempuan itu hanya menghubunginya selama tiga harmal, tidak lebih. Celakanya lelaki itu tertarik. Dan sekarang, lelaki itu seperti orang gila, mencintai (menurutku lebih tepat dikatakan 'merindui') seseorang yang belum pernah dilihat rupa wajahnya. Nomor yang menghubunginya sudah tidak aktif.
Kemaren dia tidur terlalu lama, sebelum tidur lelaki itu sudah berusaha mengingat lekat-lekat wajah si perempuan. Tapi tidak bisa. Pagi tadi dia bangun seperti orang linglung, rambutnya tak rapi sama sekali, mukanya berminyak, tidak bersemangat. Sekat wajahnya berkilap-kilat tertimpa cahaya mentari agak siang. Dia mandi tanpa sabun. Dia berlama-lama di kamar mandi umum. Aku hanya memperhatikannya. Semenit, lima menit, setengah jam, sejam, sejam setengah.... Tidak ada bunyi air terguyur di dalam kamar mandi tempat lelaki malang tadi masuk.
Aku penasaran kemana larinya lelaki malang tadi. Kudatangai kamar mandi berpintu tunggal itu. Kudorong pintunya agak keras. Terbuka. Dan. Astaga! Kalian pasti tidak akan percaya. Lelaki tadi hilang, lenyap. Hanya ada sebatang rokok yang mengepul tipis yang disulutnya tadi sebelum masuk kamar mandi. Karena masih panjang sisa rokoknya, maka kuhisap sebentar-sebentar dan...
Astaga! Lelaki tadi sekarang duduk termangu memandang lurus dengan tatapan kosong dalam otakku. Apa-apaan ini! Dia terlihat seperti sedang menunggu kenangan atau ingin melupakan seseorang. Dia pernah bercerita padaku kalau selama tiga harmal dia diteror perempuan nakal. Dikatakan nakal karena perempuan itu hanya menghubunginya selama tiga harmal, tidak lebih... Ini semacam dejavu.
Jumat 24 Januari 2014, pukul satu dini hari. Bumi bergetar seperti orang kedinginan. Daun-daun layu. Aneh, padahal sejam sebelumnya terguyur hujan. Hujan yang ganjil, tidak seperti hujan biasanya. Langit begitu terang dengan rembulan yang pucat, gerimis hujan turun seperti langit yang menangis. Pukul 12.00 wib, solat jumat baru selesai, sang imam berdiri dan seperti biasa; mengajak jamaah bersolatgaib.
"... yang pertama untuk KH Sahal Mahfud Jawa Tengah, kedua..."
Innalillahi wainna ilaihi rojiun (sesungguhnya segala hal -yang bernyawa- adalah milik Allah dan akan kembali pada yang memiliki hidup, Allah). Ternyata benar, kejadian aneh semalam adalah bentuk alam yang sedih. Allahummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fuanhu. Semoga pepatah "mati satu tumbuh seribu" berlaku pula untuk hal ini. Amin.