Lihat ke Halaman Asli

Bang Saleh Daulay "Yang Saleh dan Inspiratif"

Diperbarui: 17 Juni 2015   22:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14125125661320210109

[caption id="attachment_346184" align="alignnone" width="600" caption="Saleh Daulay Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah (sumber foto : Jubir.doc)"][/caption]

Beberapa minggu yang lalu, saya menemani kawan untuk mengurus ‘sesuatu’ di sebuah kantor partai politik. Tak lama kemudian muncul bang saleh yang sebelumnya saya kenal dan pernah bertemu beberapa kali di tempat berbeda. Bang saleh adalah caleg DPR RI terpilih mewakili dapil Sumatera II dan Ketua Umum Pengurus Pusat Pemuda Muhammadiyah.

Setelah berbasa-basi seperlunya, beliau pamit bertemu salah seorang pengurus teras di partai tersebut. namun sebelum pergi, bang saleh berpesan untuk menunggunya karena beliau masih ingin berbincang-bincang. Orang yang akan ditemuinya tak memerlukan waktu lama Dengan sigap kawan saya pun menjawab: “Siap bang”.

Setelah menunggu agak lama kami pun bertemu kembali dengan bang saleh. Kemudian, ia berkata kepada kami bahwa ia mempunyai urusan di Pondok Indah Mall. Entah kebetulan atau tidak, kawan yang saya temani mempunyai urusan yang sama di mall sebagaimana di maksud. Ia pun memperlihatkan sms dari seseorang untuk bertemu di mall tersebut. Karena tujuannya sama, Kami pun menumpang kendaraan bang saleh.

di tengah perjalanan, bang saleh mampir untuk mengisi bahan bakar. Sambil menunggu petugas mengisi bahan bakar, bang saleh memanggil seorang penjual makanan ringan. Nampak si penjaja kue semprong itu sudah tua. Diusianya yang menjelang magrib itu ia ulet. Dan tentu dibumbung harapan, kalau-kalau ada yang membeli panganan yang dijualnya. Wajah penuh harap itu terlukis di balik garis-garis urat muka yang mulai kerut. Mungkin saja, sepanjang jalan, harapan si kakek tua itu membenamkan harapan, karena panganan yang dijualnya tak laku-laku.

Saya tak mengira, dari tadi bang Saleh memperhatikan orang tua penjual kue semprong itu. Lantas Sejurus kemudian, merogoh sakunya dan mengambil pecahan sepuluh ribuan untuk membeli kue semprong dan menyodorkan pada kami. Saya dan kawan lainnya menampakkan muka tak selera dengan panganan itu. Tapi tentu ada sesuatu yang ingin disampaikan bang Saleh.

Setelah perjalanan dilanjutkan, bang Saleh berkata: entah sudah berapa lama penjual itu menjajakan dagangan di pompa bensin tersebut dan aku tak yakin ada orang yang sudi membeli makanan ringan yang di jualnya. Bang saleh pun bertanya kepada kami, alasan ia membeli makanan ringan tersebut, padahal ia sedang tak lapar? Dengan berpura-pura bingung, kami tak menjawab apa yang bang saleh tanyakan.

Dengan dialek batak-nya yang khas dan ceplas-ceplos, ia pun bercerita pada kami kisah semasa menjadi mahasiswa UIN Ciputat. Beliau memulai dengan cerita bahwa pada masa itu, ia serumah dengan seniornya yang berasal dari daerah jambi(bang saleh pernah menyebut namanya, saya sudah lupa).

Suatu ketika, senior bang saleh menyuruhnya untuk memanggil tukang es yang tengah sibuk memukul tanda agar orang-orang tertarik untuk membeli es yang di jualnya, padahal waktu itu sedang turun hujan(tentu saja si tukang es memakai payung untuk melindungi tubuhnya). Fisik si tukang es yang kurus itu bertambah kisut terendam hujan angin yang lebat menjelang senja. Bang saleh pun seketika memprotes dan berkata: “gimana abang ini, hujan-hujan kok mau minum es?” Senior bang saleh lalu menimpalinya, “panggil aja, mau panas-panas kek, mau hujan-hujan kek. Saya yang bayar kok kamu yang sewot!”

Bang saleh lalu memanggil dan memesan dua mangkuk es kepada si tukang. Setelah pesanan es tersedia, sambil meminum es tersebut, senior bang saleh pun “menguliahinya”. Penting bagi kita untuk terus memelihara semangat hidup orang lain, katanya. Ente bayangin aja, dalam keadaan hujan, si tukang es masih berharap ada orang yang mau membeli es nya. Entah sudah berapa lama ia berkeliling dan si tukang tak berputus asa meski hujan. Hargailah semangat hidupnya, begitu senior bang saleh mengakhiri

Tentu kisah bang Saleh di masa kuliahnya yang sederhana itu, menakwilkan nilai yang dalam “tentang memelihara harapan hidup orang-orang kecil seperti padagang es dan kue semprong tadi. Sesuatu yang tadinya kita anggap remeh-temeh tapi acap kali tak terfikirkan, bahkan mungkin berat dilakukan.

Dus seketika, kepekaan bang Saleh dalam soal-soal kecil ini, menumbuhkan harapan saya seiring ia (bang Saleh) yang kini jadi anggota DPR-RI. Tafsiran nilai-nilai kemanusiaan yang kecil ini, semoga menjadi pijakan untuk menafsirkan nilai-nilai kemanusiaan yang jauh lebih besar dan hidup sebagai wakil rakyat. Harapan yang seketika melangit, di tengah-tengah situasi robohnya harapan publik terhadap DPR yang selalu dianggap minus nurani kerakyatan.

Setelah tiba di mall tujuan, dengan tak lupa berterima kasih karena telah di beri tumpangan, kami pun berpisah karena urusan kami di tempat itu berbeda. Sambil berjalan mengikuti kawan, saya pun sesekali memandangi bang saleh yang lambat laun hilang di antara kemewahan gedung mall. Saya pun berpikir sambil bersyukur telah mampu “berjalan” sejauh ini. Bertemu dan mengenal berbagai macam orang dengan berbagai macam cara mendefinisikan hidup. Menimba ilmu dari mereka, dan tentunya dari bang Saleh yang sarat pesan makna. Sukses terus bang{}

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline