Lihat ke Halaman Asli

Resolusi Jihad Nahdatul Ulama dan Kebangkitan Rakyat Indonesia

Diperbarui: 30 Juni 2024   11:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desain gambar dari dokumentasi pribadi

RESOLUSI JIHAD NAHDHATUL ULAMA (NU) DAN KEBANGKITAN RAKYAT INDONESIA

Kemerdekaan Indonesia bermula dari pembacaan Proklamasi oleh Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945. Setelah melalui banyak rintangan dan atas bantuan dari berbagai pihak. Namun, kemerdekaan itu belum sepenuhnya dirasakan oleh rakyat Indonesia. Karena rakyat Indonesia harus tetap waspada terhadap penjajahan dari negara asing. 

Pada tanggal 15 September 1945, tentara Inggris datang ke Indonesia tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherland East Indies) untuk melucuti tentara Jepang  mengembalikan Indonesia kepada pemerintahan Belanda sebagai jajahan Hindia Belanda. 

Peran perjuangan para 'alim ulama, para kiyai beserta para santrinya yang menumbuh kembangkan gerakan kebangkitan kesadaran nasional, bermula ketika presiden Soekarno bertanya kepada KH. Hasyim Asy'ari menganai hukum membela tanah air dari ancaman penjajah menurut hukum Islam. 

Disaat itupun KH. Hasyim Asy'ari tidak langsung menjawab melainkan meminta pendapat kepada para Kiai. Bertepat pada tanggal 21-22 Oktober 1945, KH. Hasyim Asy'ari mengundang wakil-wakil dari cabang NU di seluruh Jawa dan Madura yang bertepat di Surabaya. Dalam pertemuan tersebut, diputuskan bahwa melawan penjajah sebagai perang suci alias Jihad ataupun saat ini populer dengan Resolusi Jihad. 

Sejarah Penjajahan dan Kemerdekaan Indonesia

Awal penjajahan di Indonesia bermula dari Imperialisme Barat, dilahirkan dari Perjanjian Tordesilas, 7 Juni 1494 M, yang  memberikan kewenangan kepada Kerajaan Katolik Portugis untuk menguasai belahan dunia Timur dan Kerajaan Katolik Spanyol untuk menguasai belahan dunia Barat dengan tujuan Gold, Glory, Gospel artinya kekayaan, kejayaan dan penyebaran agama. 

Dalam menjalankan imperialismenya, spanyol dan portugis mempunyai keyakinan bahwa bangsa-bangsa di luar Negara Gereja Vatikan yang tidak beragama Katolik dinilai sebagai bangsa biadab dan wilayahnya dinilai sebagai wilayah kosong tanpa pemilik, dan perbudakan, penindasan dan pemusnahan suatu bangsa dinilai benar.

Perebutan wilayah jajahan antar Negara inperialis Barat tidak selesai pada Perang Dunia I melainkan terus berlanjut, di Eropa melahirkan Perang Dunia II 1939-1945 dan di Asia melahirkan Perang Asia Timur Raya atau Perang Pasifik yang melanda Indonesia mulai 1942-1945. Dunia dijadikan arena perang perebutan wilayah oleh kekuatan Sekutu sebagai kelompok imperialis Barat melawan kekuatan Sentral sebagi paduan kekuatan imperialis Barat dan Timur yang akan menjadikan tanah jajahannya sebagai lahan kehidupan.

Dampak imperialisme Barat yang datang ke wilayah Indonesia menjadikan arena perang agama. Perang antara Katolik lawan Protestan serta keduanya sebagai penjajah melawan pribumi Islam yang ada di Indonesia. Kedatangan imperialis Barat tidak hanya dengan membawa perang agamanya tetapi juga menimbulkan kekacauan sistem niaga secara damai. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline