Lihat ke Halaman Asli

Setiap Hari adalah Natal

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Namanya  Lumban Lobu, sebuah kampung di kawasan Porsea. Kampung ini masuk wilayah Kabupaten Toba Samosir (Tobasa), Sumatera Utara, tempat kelahiran saya. Kenangan pada masa silam selalu mengusik kalbu, saat-saat menjelang Natal, seperti sekarang.

Kesederhanaan menjadi ciri khas saat Natalan di kampung. Tapi tetap penuh semangat dan suka cita. Apalagi, setelah tahu Ibu saya sudah membelikan Sepatu dan baju baru. Momen itu begitu menyenangkan, membanggakan, dan penuh rasa syukur.

Jangan bayangkan seperti perayaan Natal di kota atau di rumah orang berpunya. Kami hanya mengisi dengan pergi bersama-sama ke Gereja, berdoa pada malam Natal. Mengikuti acara Natal sekolah minggu, dan Liturgi. Hanya itulah yang mampu kami lakukan dan Ibu berikan. Tanpa pohon Natal, aneka kue, makanan, minuman dan kado-kado Natal.

Toh, bukan karena itu saya kemudian punya sebuah keyakinan bahwa perayaan Natal memang tidak semata-mata sebuah pesta yang meriah. Tetapi lebih  sebagai "starting point" untuk menghayati arti sebuah pengorbanan. Divonisnya manusia yang berpuncak pada peristiwa kedosaan dan kejatuhan, lalu dipulihkan sampai pada kelahiran kembali (Natal).

Hal tersebut menjadi sebuah pengharapan akan kehidupan baru bersama Allah yang datang ke dunia dalam diri Kristus. Sang penebus pada akhirnya kembali pada kesatuan abadi dengan-Nya di surga abadi.

Natal adalah momen spiritual yang mengingatkan saya akan kelahiran Yesus Kristus. Dan juga kelahiran yang Lain di antara kita, dan manusia umumnya, yang terjadi setiap saat. Setiap saat adalah Natal, sebuah kelahiran yang membawa keselamatan.

Dalam kelahiran selalu ada kebaruan dan dalam kebaruan itulah terdapat jalan untuk menyelamatkan manusia dari nihilisme. Seperti keindahan karya seni yang selalu bisa menghadirkan diri secara baru melampaui ruang dan waktu pembuatannya.

Seperti itu pula kehidupan yang dijalani, dengan spirit selalu lahir kembali dalam kebaruan. Dalam berbagai masalah kehidupan, selalu ada kehadiran Yang-Lain yang memberi kita kemungkinan untuk lahir kembali. Untuk terus-menerus memperbarui diri melampaui apa yang diharuskan takdir untuk kita.

Semangat perayaan, dan hadiah Natal, seharusnya terlihat dalam kehidupan kita keseluruhan dan sehari-hari.***

Juanda P. Sitorus




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline