Lamalera namanya mungkin tak seharum dan setenar desa Baduy, banten Jawa Barat, kampung adat Wae Rebo, Manggarai,Nusa Tenggara Timur dan Desa Dayak Pampang, Samarinda, Kalimantan Timur serta desa Tenganan pegrisingan Bali.
Lamalera adalah Desa nelayan di selatan pulau Lembata kabupaten Lembata Provinsi Nusa Tenggara Timur, sejauh mata memandang tampak kelihatan batu cadas mengelilingi pemukiman masyarakat Lamalera. Disana, melihat kebelakang kita akan menjumpai batu wadas melihat ke depan akan berhadapan dengan laut sawu yang ganas. Sulit dipercaya bahwa ada manusia tercipta dan hidup diatas bumi yang segersang itu.
Daerah dengan pantai yang hampir seratus persen beralaskan batu cadas ini, melahirkan masyarakat yang dengan gagah menari dan berjoget menaklukan derasnya arus gelombang laut selatan dan menaklukan mamalia terbesar di muka bumi ini yakni paus. Desa Lamalera merupakan desa nelayan pemburu ikan paus secara tradisional di manca negara ini, persebaran agama katholik pertama di pulau Lembata dimulai di Lamalera, masyarakat Lamalera sangat percaya kehidupan mereka adalah penyelengaraan Illahi, disana kita akan bertemu dengan orang yang bangun dari tidur, berhenti bekerja seketika dan berdiri tegak dimana saja apabila lonceng berbunyi pagi hari, siang hari dan sore hari . Disana juga kita akan melihat kebersamaan kelompok yang saling melengkapi dan membantu sesama, hidup dalam persekutuan pledang (perahu tradisional masyarakat lamalera merupakan alat untuk menghidupi semua manusia dalam suku dan parah sekutunya). Kebersamaan berawal dari proses pembuatan pledang sampai pada pembagian hasil, semuanya mempunyai aturan, dari pembuatan pledang sampai pembagian hasil.
Masyarakat Lamalera membagi dua masa melaut yakni masa resmi turun ke laut (Leffa nuang) dan masa selingan turun ke laut ( masa tidak resmi). Masa resmi turun ke laut atau biasa disebut musim leffa ini berlangsung dari bulan mei sampai bulan september, musim ini nelayan Lamalera mengkhusukan diri untuk menagkap ikan paus atau mengambil kiriman tuhan ,musim leffa di awali dengan seremonial baik secara adat maupun secara agama, biasanya tiga hari sebelum nelayan secara resmi turun ke laut, masyarakat melakukan ritual tobu nama fatta ,duduk bersama di pinggir pantai membicarakan hasil tangkapan serta melakukan permintaan maaf antara sesama masyarakat lamalera dengan tuan tana, filosofi masyarakat Lamalera laut dan darat adalah satu, apa yang dilakukan di darat akan berpengaruh dengan hasil tangkapan di laut, jika terjadi kesalahan di darat maka dilaut akan tejadi sesuatu atau tidak mendapatkan hasil.rangkaian persiapan musim leffa diakhiri dengan misa leffa, misa leffa dilaksanakan untuk mendoakan arwah nelayan yang gugur di lautan.
Pembagian hasil dan aturan penangkapan
Tidak semua ikan paus bisa ditangkap, biasanya nelayan Lamalera menangkap ikan paus yang jantan yang sudah berumur tua, nelayan dilarang untuk menangkap ikan paus yang sedang hamil, seandainya terjadi pengkapan dan di ketahui ikan sedang hamil, maka upacara seremonial akan dilaksanakan pada tahun berikutnya saat melangsungkan upacara tobu nama fatta atau duduk bersama di pinggir pantai.
Ada tiga patokan dasar dalam pembagian kelompok ikan khususnya ikan paus yaitu, bagian kepala untuk tuan tana( tana alep) bagian badan untuk awak perahu dan ekor untuk juru tikam atau lamafa, pembagian ini dilakukan sejak dahulu kalah, dan semuanya merata dalam mendapatkan porsinya masing masing.Masyarakat Lamalera percaya ikan paus merupakan pemberian dari sang pencipta untuk menghidupi masyarakat kampung, filosofi ini yang membuat semua masyarakat memiliki rasah saling berbagi satu dengan yang lain,
Ini sungguh wow amazing !!!! ikan sebesar rumah tidak merontak ketika di tikam, ditarik dengan tali mengunakan perahu kecil, selalu bernyanyi walaupun berhadapan dengan maut, susah dan senang selalu bersama, bagi tuhan tidak ada yang mustahil ,segalah sesuatu yang dilakukan masyarakat Lamalera selalu di awai dengan doa dan akiri dengan doa, karena mereka yakin ikan pemberian dari tuhan tidak akan menyusahkan anak cucunya
Masyarakat Lamalera hidup dalam aturan dan aturan dilakukan dalam hidup, demikian utuhnya hubungan antara pencipta, manusia dan nuraninya dalam kesatuan dengan alam.
Lamalera 5 agustus 2020 Senyum lebar dari selatan Lembata Lamalera
Kapan kaka nona dan kaka no berkunjung di sini