Tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402 sangat menyedihkan buat kita karena 53 awak kapal harus ikut menjadi korban dan memberi kesedihan buat anggota keluarga mereka. Namun, begitu memprihatinkan ketika ada oknum polisi yang berkomentar negatif soal tenggelamnya KRI Nanggala-402.
Akun Facebook dengan nama Fajarnnzz menggunakan diksi kasar untuk mengomentari kejadian tenggelamnya KRI Nanggala-402. Akun Fajarnnzz juga curhat mengenai kondisi perekonomiannya.
Setelah ditelusuri, ternyata akun tersebut milik salah seorang anggota Polri, Aipda Fajar. Oknum polisi itu sudah ditetapkan sebagai tersangka dan langsung ditangkap (detik.com).
Mendengar dan membaca kabar tersebut betapa sedihnya hati kita saat di tengah duka mendalam masyarakat Indonesia tapi ada segelintir oknum yang menggunakan diksi kasar soal tenggelamnya KRI Nanggala-402.
Begitu memprihatinkan sekali situasi ini. Kita tak menyangka ada saja yang berujar kebencian di tengah duka mendalam.
Entah apa yang mempengaruhinya, tetapi tindakan tersebut tidak bisa dibiarkan karena akan merusak simpati dan empati kita sebagai sebuah bangsa.
Kita harusnya dilatih untuk bersimpati dan berempati kepada orang lain yang sedang berduka. Kita diminta untuk bisa memahami kesedihan orang lain.
Budaya simpati itu harusnya terus ditumbuhkan karena itu sangatlah penting membina rasa persatuan dan kesatuan kita sebagai sebuah bangsa.
Kalau kita tak bisa lagi bersimpati terhadap duka orang lain maka itu sangat menyedihkan dan memprihatinkan. Padahal, kita bangsa yang menganut ideologi Pancasila dimana diajarkan untuk saling menghormati, menghargai dan menyayangi sesama kita.
Tindakan oknum polisi tidak bisa ditolerir dan dicontoh. Kita harus bisa saling menghargai orang lain. Duka mereka adalah duka kita.
Awak kapal selam KRI Nanggala-402 adalah pahlawan terbaik bangsa dimana mereka bersedia untuk melaksanakan tugas meski risiko tinggi akan dihadapi.