Lihat ke Halaman Asli

Juan Manullang

Penulis Lepas

Nadiem Makarim ke PBNU, Mau Cari Suaka Politik?

Diperbarui: 23 April 2021   18:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Isu perombakan kabinet muncul setelah DPR menyetujui keinginan Jokowi melebur Kemenristek ke Kemendikbud serta membentuk Kementerian Investasi. Anggota DPR RI Fraksi PDIP Hendrawan Supratikno mengatakan reshuffle kabinet akan dilakukan dalam hitungan hari sejak pekan lalu.

Sebelumnya, Nadiem menyampaikan permintaan maaf di hadapan Said atas polemik Kamus Sejarah Indonesia  Jilid II. Nadiem mengakui banyak ketidaklengkapan informasi dalam kamus itu dan berjanji segera merevisi dengan lebih banyak melibatkan organisasi masyarakat. Termasuk meminta pandangan dari NU.

Dari permintaan maaf Nadiem tersebut, apakah beliau ingin meminta suaka politik dari NU?. Tentu tidak. Bagi penulis, bukan berarti kedatangan Nadiem meminta maaf kepada NU akibat ketidaklengkapan Kamus Sejarah membuktikan Nadiem meminta suaka politik.

Tidak bisa juga kita mengkaitkan hal tersebut dengan suaka politik. Bisa jadi, itu bentuk permintaan maaf Nadiem dari hati terdalam atas kelalaian Kemendikbud.

Akan tetapi, bukan berarti seorang Nadiem Makarim ingin meminta perlindungan. Apa yang dilakukan Nadiem tentu sesuatu yang baik dan juga positif. 

Bersedianya Nadiem mengakui kesalahannya berarti beliau rendah hati meski mendapat jabatan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Kita tak perlu mengkaitkan lain langkah yang diambil seorang Nadiem.

Sudah saatnya kita mengapresiasi dan mendorong setiap menteri mau untuk mengakui kesalahannya dalam tugas dan jabatannya.

Seseorang yang berani mengakui salah berarti mau untuk memperbaiki diri dan menjadi lebih baik kedepannya. Itu harus kita apresiasi.

Terkait dengan reshuffle kabinet yang hangat diperbincangkan, kita serahkan kepada Presiden Jokowi yang memiliki kewenangan untuk itu. Siapa menteri yang akan direshuffle harus menerima setiap keputusan Presiden dengan baik.

Kalau di-reshuffle berarti masih ada pekerjaan yang kurang maksimal dan baik dilakukan. Maka kedepannya harus lebih memperbaiki kinerja kedepan.

Isu-isu reshuffle yang berkembang harus dijadikan batu loncatan untuk menjadi lebih baik dan lebih semangat dalam bekerja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline