Zakiah Aini (wanita) pelaku penyerangan ke Mabes Polri kemarin sangat mengejutkan bagi kita. Zakiah sebagai pelaku Lone Wolf berideologi ISIS akhirnya dilumpuhkan dan telah dilakukan tindakan tegas dan terukur oleh kepolisian hingga tewas.
Menariknya, El tetangga Zakiah, mengatakan sebagai pelaku pribadi yang jarang keluar rumah. El juga mengaku Zakiah sebagai sosok yang dibanggakan keluarganya dan rajin beribadah. Pelaku juga sebagai sosok yang dibanggakan orangtuanya (detik.com).
Menjadi pertanyaan, kenapa Zakiah jadi seorang peneror Mabes Polri? Ini patut jadi perhatian, bahan renungan kita bersama. Jadi, kita belajar dari perilaku Zakiah tersebut bahwa sosok yang rajin beribadah dan dibanggakan orangtua belum tentu menjadi sosok yang baik di masyarakat.
Perilaku yang kita lihat sekilas saja, bukan jadi membuat kesimpulan orang itu adalah baik dari dalam dan luar. Kita tidak tahu keseharian orang tersebut, apa yang dia kerjakan di dalam maupun di luar rumah yang tidak kelihatan kalangan masyarakat di lingkungan.
Jadi, alangkah baiknya, menilai seseorang tidak bisa hanya sekilas saja. Kita harus tahu isi hatinya, apa yang dilakukan secara tersembunyi dan lain sebagainya.
Beberapa waktu lalu juga pihak kepolisian dalam hal ini Densus 88 yang menangkap terduga teroris di Bekasi waktu lalu dalam sebuah pemberitaan bahwa Ketua RT dan istri terduga teroris menyatakan si terduga baik hati dan suka membantu masyarakat lain. Istri terduga teroris juga menyatakan bahwa si terduga adalah sosok yang baik dan perhatian kepada anak-anaknya saat di rumah.
Namun, apa mau dikata bahwa dia adalah terduga teroris. Jadi, kita belajar bahwa melihat dari luar dan sekilas saja seseorang bukan berarti sepenuhnya orang yang baik. Kita harus tahu lebih dalam tentang dirinya baru menyimpulkan.
Kita harus mengetahui bahwa doktrin paham radikalisme dari oknum teroris begitu dalam dan ampuh. Siapa saja bisa mengikuti doktrin itu sehingga masuk dalam kalangan jaringan teroris.
Jadi, kita harus berhati-hati dengan godaan, doktrinasi dan ajakan mengikuti paham radikalisme ekstrem.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H