Baru-baru ini puisi Presiden ke-6 RI sekaligus Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berjudul "Kebenaran dan Keadilan Datangnya Sering Terlambat, Tapi Pasti " menyedot perhatian.
Atas dasar itu, kita bisa melihat bagaimana kegelisahan seorang SBY terhadap kisruh partai Demokrat masih menjadi perbincangan hangat.
Kita bisa melihat bagaimana seorang SBY membuat puisi sebagai bentuk kegelisahan karena partai yang didirikan dan dikembangkan olehnya direbut oleh oknum di luar Partai Demokrat.
Kita ketahui bagaimana seorang Moeldoko adalah bukan kader Partai Demokrat namun menjadi Ketua Umum Partai Demokrat versi KLB di Deli Serdang. Seorang SBY tentu terkejut dan merasa kecewa dengan kejadian itu.
Puisi itu bisa kita katakan sebagai sebuah bentuk menyerahnya seorang SBY terhadap keadaan di Partai Demokrat yang makin kacau balau. Tidak ada tanda-tanda bahwa kisruh akan selesai dan ditemukan perdamaian.
Bisa jadi masalah ini makin panjang dan akan menguras pikiran, tenaga dan waktu. Tidak bisa dibayangkan bila Partai Demokrat yang sudah dibentuk dengan keringat sendiri harus lari ke tangan orang yang bukan kader Partai Demokrat.
Puisi SBY adalah seruan agar kisruh Partai Demokrat diperhatikan oleh pemerintah dan ada bala bantuan menyelesaikan masalah. Namun, pemerintah tidak mau mengurusi masalah itu dan lebih penting mengurusi kepentingan bangsa dan negara.
Partai Demokrat merasa tidak terbantu dan merasa sangat terdesak dan semakin kecewa. Namun, bukan berarti masalah tidak bisa diselesaikan.
SBY dan AHY harusnya bisa turun tangan untuk membicarakan ini dengan cara yang baik-baik dan kekeluargaan. Semua bisa selesai ketika pimpinan partai dan juga segenap kader versi KLB mau untuk berdiskusi dan menyelesaikan masalah ini dengan cara baik-baik.
Semoga saja kisruh bisa selesai agar seorang SBY tidak merasa resah dan gelisah lagi dan membuat puisi-puisi yang menandakan SBY sedang gundah gulana. Semua bisa selesai asal semua pihak mau untuk berdiskusi dan duduk bersama mendengar keluhan para kader.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H