Lihat ke Halaman Asli

Juan Manullang

Penulis Lepas

Mengambil Hikmah dari Wanita Beli Pelat Dinas TNI Palsu Berujung Proses Hukum

Diperbarui: 4 Maret 2021   15:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: detik.com

Baru-baru ini beredar viral video Tiktok yang pamer mobil sedan bernopol TNI. Melalui akun Instagram resmi, Pusat Penerangan (Puspen) TNI telah menanggapi viralnya video tersebut dan menyatakan pelat nomor dinas itu palsu. Dari tindakan itu dikabarkan bahwa tujuan dari pelaku melakukan hal tersebut adalah untuk gaya-gayaan. Karena video itu viral, si pelaku wanita akhirnya meminta maaf kepada seluruh jajaran satuan TNI.

Dari permintaan maaf dan tindakan wanita tersebut, ada pelajaran yang harus kita ambil yakni, tidak menggunakan cara-cara ilegal atau melanggar hukum demi kepentingan diri dan untuk gaya-gayaan.

Anak zaman sekarang, sering lebih memperhatikan gaya-gayaan daripada perilaku yang baik. Sering kita lihat di lapangan bagaimana anak sekarang lebih mementingkan trend agar dipandang hebat oleh orang lain padahal tindakannya itu salah atau buruk.

Dari gaya berpakaian juga seperti itu, karena tak ingin kalah dari kawan atau orang di sekitarnya, berbagai cara dilakukan untuk bisa seperti mereka. Itu sangat memperihatinkan.

Untuk membeli handphone baru merek ternama, maka dilakukan tindakan mencuri, merampok maupun meminta paksa agar orangtua membelinya. Itu sering terjadi.

Terkait juga dengan kasus diatas juga bahwa tindakan itu dilakukan untuk gaya-gayaan. Agar dilihat orang hebat dan terpandang maka dipakai plat dinas TNI palsu.

Tindakan seperti inilah yang akan merusak moral bangsa. Tindakan itu tidak patut ditiru karena sudah keterlaluan dan tidak mencerminkan sikap yang baik.

Tidak mengucap syukur atas apa yang dia terima, sehingga ingin lebih dipandang maka cara buruk dan melanggar hukum pun dilakukan.

Kita tak bisa menolerir hal tersebut dan harus ada sanksi juga kepada si pelaku agar pihak lain atau orang lain tidak meniru hal yang sama.

Hal buruk terjadi kembali karena adanya keinginan untuk meniru atau melakukan ulang hal buruk tersebut. Itulah yang sering terjadi sehingga masih berlanjut hal serupa di kemudian hari. Semoga saja ada hikmah yang kita petik dari kejadian ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline