Lihat ke Halaman Asli

Juan Manullang

Penulis Lepas

Mencegah Buntut Panjang Pernyataan Megawati Tak Perlu Memanjakan Milenial

Diperbarui: 30 Oktober 2020   14:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: CNN Indonesia/Andry Novelino

Sebelumnya, kita tahu Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengaku telah meminta Presiden Jokowi agar tidak terlalu memanjakan generasi muda masa kini yang disebut sebagai generasi milenial. Megawati mempertanyakan sumbangsih generasi milenial yang telah diberikan kepada negara selain demonstrasi.

Atas pernyataan tersebut politikus DPP Partai Demokrat Syahrial Nasution menyindir Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dengan mengatakan PDIP memaksakan Bobby Nasution dan Gibran jadi calon walikota. Apa hebatnya mereka sebelum Pak Jokowi jadi presiden, selain anak dan menantu?," Tutur Syahrial lewat akun Twitternya@syahrial_nst dilansir dari CNN Indonesia.com, 30/10.

Atas sindiran tersebut menjadi buntut panjang bagi Megawati Soekarnoputri itu sendiri. Inilah sanksi kalau kita salah ucap, salah menggunakan bahasa dan lain sebagainya.  Politisi PDIP pun beberapa waktu lalu mengatakan bahwa pernyataan Bu Megawati itu baik tapi kalau bagi milenial itu sangat mengena dan kontroversi.

Kita sudah tahu bagaimana peran pemuda itu sangat besar bagi Indonesia dan sejarah perjuangan melawan penjajah. Pemuda itu garda terdepan perubahan. Karena itu, pemuda atau sering disebut milenial harus didengar oleh pemimpinnya. Bukan memanjakan tapi didengarkan saja.

Saat ini milenial kita sudah sangat kritis dalam menyikapi setiap fenomena maupun masalah yang ada di negeri ini. Pemuda atau milenial sebagai tonggak perubahan yang menggantikan pemimpin saat ini. Jadi, jangan tanyakan peran pemuda atau milenial bagi negara ini.

Sudah banyak perjuangan milenial kita agar negara ini makin maju. Kalau milenial hanya diam terhadap sebuah kebijakan dan keputusan pemerintah maka sampai kapanpun kita tidak akan bisa berhasil dan maju.

Milenial bukan hanya pandai demonstrasi tapi bisa cerdas dalam menyampaikan pendapat tanpa menimbulkan konflik. Demonstrasi itu penting tapi jangan sampai mengundang kekerasan.

Sebab itu, milenial itu harus dipikirkan dan didorong untuk jadi seorang pemimpin masa depan. Jangan kekang kebebasan berpendapat dan berkreasi para pemuda atau milenial. Dengan begitu, senada kita akan menuju pada kemajuan dan kejayaan.

Buntut panjang lainnya yang mungkin akan terjadi adalah milenial makin menurun mendukung PDIP di kancah perpolitikan maupun pemilu mendatang. Itu tentu akan jadi pukulan keras buat PDIP itu sendiri. Kita tahu suara nilenial setiap pemilu sangat diperhitungkan, karena milenial sebagai pemilih.

Maka, untuk mencegah itu, PDIP harus berhati-hati menyampaikan pendapat terkait pemuda atau milenial kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline