Lihat ke Halaman Asli

Juan Manullang

Penulis Lepas

Sikap Presiden Jokowi dan Azyumardi Azra di Pilkada Serentak 2020

Diperbarui: 21 September 2020   23:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: detik.com/Ari Saputra

Presiden Jokowi menyampaikan sikapnya mengenai pilkada serentak tahun 2020 melalui juru bicara Fadjroel Rachman. Beliau menegaskan tetap melanjutkan tahapan pelaksanaan pilkada serentak di 270 daerah meski kasus positif Covid-19 terus bertambah setiap harinya.

Ia mengatakan bahwa pilkada tidak bisa ditunda hingga Pandemi berakhir. Sebab, pemerintah tidak bisa memastikan kapan Pandemi Covid-19 selesai di Indonesia dan dunia.

Cendekiawan Muslim, Azyumardi Azra memutuskan memilih golput atau tak memilih dalam perhelatan pilkada serentak 2020. Sikap tersebut disampaikannya melalui akun Twitter @Prof_Azyumardi yang diunggah  dilansir dari CNN Indonesia.com, 21/9.

"Saya golput pilkada 9 Desember 2020 sebagai ungkapan solidaritas kemanusiaan bagi mereka yang wafat disebabkan wabah Corona atau terinfeksi Covid-19," kata Azyumardi.

Dengan sikap Azyumardi Azra tersebut merupakan bagian dari kegelisahan dan ketidaksepakatan beliau menggelar pilkada di tengah Pandemi. Tapi, apa mau dikata, pemerintah tetap bersikeras akan menggelar pilkada tanggal 9 Desember 2020.

Sudah banyak tokoh yang menyatakan pilkada serentak sebaiknya ditunda dulu. Seperti PBNU, partai politik nasional dan politisi menyampaikan sikap agar Pilkada ditunda saja. Tapi, Presiden Jokowi tetap ingin melanjutkan pilkada sesuai apa yang disampaikan Pak Fadjroel Rachman tersebut.

Dengan demikian, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Keputusan ada di pemerintah pusat. Kita sebagai masyarakat biasa hanya bisa menyampaikan pendapat dan aspirasi. Jikalau pendapat dan aspirasi itu tidak didengarkan oleh pemerintah maka kita tidak bisa berbuat apa-apa.

Akan tetapi, andai di pilkada nanti banyak yang golput karena takut terpapar virus Corona maka itu adalah konsekuensi yang harus ditanggung dalam pilkada di tengah Pandemi. Pemerintah pun tidak bisa berbuat apa-apa. Tidak ada sanksi bagi pihak atau orang yang golput.

Golput itu pun sangat memungkinkan akan meningkat di pilkada kali ini. Sedangkan tidak ada Pandemi Covid-19 pun sudah banyak yang golput, apalagi di tengah Pandemi pasti akan semakin banyak yang golput.

Hal itupun akan membuktikan demokrasi kita sedikit terkikis karena peran serta dan antusias rakyat untuk mencoblos di TPS berkurang. Hal itu juga harus kita tanggung dengan mendapatkan pemimpin yang dipilih oleh sedikit orang.

Tentunya pilkada di tengah Pandemi tidak akan efektif menghasilkan pemimpin idaman rakyat karena orang-orang yang berani datang ke TPS saja yang akan mencoblos di tengah Pandemi. Masyarakat yang takut terpapar virus Corona akan berdiam diri saja di rumah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline