Baru-baru ini dokter Tirta Mandira Hudhi atau dokter Tirta mengumumkan kepada publik siap menjadi presiden selanjutnya. Kata Tirta,"Semua orang boleh mencoba bukan? Akan hadir baliho-baliho dekat rumah anda. Siapa tahu jadi presiden beneran. Narasi dulu la," tulis Tirta dilansir dari detik.com, 20/9.
Dengan pernyataan tersebut mengingatkan kita dengan Giring eks Nidji yang beberapa waktu lalu juga menyatakan siap jadi calon presiden 2024. Kedua orang tersebut menyatakan hal tersebut mengundang tanya buat kita, apakah benar demikian atau hanya cari sensasi saja?.
Gejala apa ini?
Dari Giring eks Nidji sampai dokter Tirta yang menyatakan siap maju jadi calon presiden 2024 menimbulkan pertanyaan, gejala apa ini?. Kok bisa beberapa pihak mendeklarasikan diri ingin ikut pemilu 2024?.
Kalau penulis melihat bahwa sangat mungkin hal tersebut sebagai bentuk hak politik masing-masing orang untuk ikut sebuah kontestasi politik seperti pilkada dan pemilu. Di negeri kita ini tidak ada larangan bagi siapa saja menggunakan hak politiknya untuk maju di sebuah pemilu dan pilkada.
Karena itulah, tidak masalah juga dokter Tirta dan Giring eks Nidji berkata demikian sebagai bentuk penghormatan terhadap hak politik mereka.
Terkait dengan dokter Tirta yang baru-baru ini mengatakan siap menjadi presiden 2024 ternyata bagian dari bentuk sindiran dan kritikan terhadap belum jelasnya aturan pelaksanaan pilkada.
Dokter Tirta berkata,"Biar saya bisa buat konser selama kampanye nanti, kan max 100 orang. Semua WNI boleh bernarasi!. Ga cuma orang terkenal, punya status. Semua punya hak bersuara sama. Ini demokrasi," katanya.
Sangat memungkinkan selain hak politik dokter Tirta ikut pemilu 2024, selanjutnya pernyataan itu sebagai bentuk sindiran dan kritikan keras dokter Tirta kepada pemerintah yang akan menggelar pilkada tahun ini di tengah Pandemi.
Tentu beban besar menggelar pilkada di tengah Pandemi. Itu adalah bentuk kenekatan atau keberanian besar dari pemerintah dalam mengambil risiko di tengah Pandemi ini. Bukan tidak mungkin klaster baru akan tercipta sebab itu kita harus mewaspadai setiap kemungkinan yang ada.
Pemerintah dianggap terlalu berani mengambil risiko padahal kita sudah mencapai 7 bulan menghadapi Pandemi ini tapi belum juga kelar-kelar atau selesai. Bahkan kasus penyebaran makin meluas dan makin banyak.