Lihat ke Halaman Asli

Juan Manullang

Penulis Lepas

Ultimatum Megawati Soekarnoputri terhadap Pihak yang Melawan Keputusannya

Diperbarui: 3 September 2020   15:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Ricardo/JPPN.com

Membahas siapa yang akan dicalonkan PDIP di pilkada Surabaya hangat diperbincangkan beberapa hari lalu. Tetapi, pertanyaannya itu sudah terjawab yakni PDIP di Surabaya sudah resmi  mengusung Eri Cahyadi-Armuji sebagai calon walikota dan wakil walikota Surabaya.

Namun, masih berkaitan dengan pilkada Surabaya, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri memberikan sebuah instruksi agar semua jajarannya harus satu barisan, jangan ada yang bermanuver.

"Mana pernah, loh, kalau kita kalah, saya koar-koar beginilah, begitulah. Enggak. Saya hanya bilang konsolidasikan partai kita. Makanya saya bilang, awas Surabaya, siapa yang bermain, melawan saya. Ingat, mana dia, Surabaya," kata Megawati mengingatkan para kadernya dilansir dari JPNN.com, 2/9.

Bu Megawati juga mengatakan siapa yang nyeleweng-nyeleweng dan tidak nurut pada ketumnya sebagai simbol partai, saya jatuhkan sanksi.

Pernyataan tegas itulah yang penulis sebut ultimatum. Ultimatum itu adalah peringatan terakhir. Sebab itulah, bagi kader PDIP yang tidak satu suara, satu tekad dan satu visi misi di pilkada Surabaya atau bermanuver akan diberikan sanksi.

Hal tersebut sudah biasa di sebuah partai. Contohnya dapat kita lihat saat Akhyar Nasution di pilkada Medan memutuskan berpindah partai karena tak kunjung dicalonkan PDIP di Medan.

Itulah manuver-manuver tadi dan masih banyak bentuk manuver lainnya. Hal itupun diberlakukan oleh banyak partai nasional. Memang harusnya begitu. Keputusan partai adalah final dan bagi kader harus bisa menerima keputusan.

Jika tidak suka silakan keluar atau diberi sanksi. Namun, kadang keputusan partai itu ditentang oleh beberapa kader karena dinilai tidak sesuai dengan ekspektasi dan keinginan kader itu.

Banyak sebenarnya politisi yang merasa kecewa dan marah kepada ketua umumnya menjadi melakukan perlawanan atau manuver.

Seperti dalam kontestasi pilkada tahun ini saja , kita lihat keputusan partai tidak semuanya diterima kader dan memuaskan kader partai.

Lihat saja Akhyar Nasution dimana beberapa PAC PDIP dipecat juga karena tidak mendukung calon pilihan PDIP yaitu Bobby Nasution.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline