Kabar terbaru yang menyedihkan datang dari PDIP dimana sekretariat Pengurus Anak Cabang (PAC) Megamendung dan Cileungsi, Kabupaten Bogor dilempar tiga bom molotov.
Kondisi ini tentu sangat tidak mengenakkan bagi PDIP. Oleh karena itu, Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto meminta para kader tetap tenang dan merapatkan barisan.
"PDI Perjuangan menginstruksikan seluruh simpatisan, anggota dan kader partai untuk tetap tenang, terus rapatkan barisan dan memegang teguh Satyam Eva Jayate, bahwa kebenaranlah yang akan menang," kata Hasto dalam keterangan tertulis dilansir dari Tempo.co, 30/7/2020.
Dengan merapatkan barisan tersebut, perlu untuk melakukan proses hukum terhadap aksi teror tersebut. Jika dibiarkan sangat memungkinkan akan terjadi kasus-kasus serupa terjadi.
Bagaimanapun ceritanya namanya teror harus diproses demi sebuah keamanan dan kenyamanan bagi masyarakat.
PDIP bisa membuat laporan polisi atas teror itu agar kita mengetahui secara tegas apa motif dari pelaku. Apakah bersifat politis maupun bersifat pribadi.
Makna dibalik teror
Kalau penulis mencermati bahwa makna dibalik teror itu maksudnya sangat memungkinkan masalah politik. Bisa jadi ada masalah politik menjelang pilkada tahun ini karena adanya ketidaksukaan dari oknum politik lainnya kepada salah satu pihak atau terhadap PDIP.
Bisa juga karena ada masalah pribadi dari kader-kader PDIP yang ada dengan kader partai politik yang lainnya sehingga ada niatan berbuat teror sebagai bentuk pelajaran berharga.
Namanya teror pasti ada maksud tertentu yang telah disimpan lama dan belum bisa dilancarkan serangan secara pribadi sehingga teror jadi solusi terbaik.
Kondisi itu tentu sangat melukai demokrasi yang sudah lama kita anut dan andai ada maksud politis didalamnya tentu itu menjadi kabar buruk bagi demokrasi.