Sosok Rahmad Darmawan begitu populer di telinga pecinta sepakbola Indonesia. Betapa tidak, seorang Rahmad Darmawan atau RD juga berprestasi sebagai pelatih sepakbola.
Penulis sangat mengingat sekali saat RD membawa kejayaan bagi Sriwijaya FC sebuah klub sepakbola Indonesia berasal dari Palembang.
Sriwijaya FC pernah dibawa RD menjadi juara Liga Indonesia dan Copa Indonesia sampai sekitar tiga kali. Selanjutnya, purnawirawan TNI AL ini juga pernah menangani timnas U-23 di Sea Games beberapa tahun lalu dan berhasil menjadi runner-up Sea Games tersebut. Hingga sekarang menjadi pelatih Madura United.
Akan tetapi, sejumlah prestasi prestisius tersebut, Rahmad Darmawan dikabarkan bergabung dengan Partai Demokrat. Tim Madura United juga menghormati pilihan tersebut.
Dikabarkan juga RD ditawari menjadi calon Wakil Bupati Lampung Tengah. Dengan demikian, bila RD ikut kontestasi politik tahun ini, sudah pasti beliau off jadi pelatih dan fokus dalam kampanye politik. Andai menang harus benar-benar meninggalkan sepakbola sepenuhnya dan fokus membangun daerah yang dipimpinnya.
Lebih Enak Mana?
Menjadi pertanyaan menarik adalah lebih enak mana, jadi kepala daerah atau jadi pelatih?. Pertanyaan itu memang begitu seksi tapi dalam hal ini seorang RD lebih tepat menjawabnya.
Kalau penulis pribadi membuat judul diatas sebenarnya karena terkejut membaca dan mendengar pelatih RD masuk politik padahal sudah sangat sukses jadi pelatih.
Memang hak politik ada di pelatih RD, tapi sangat mungkin pecinta sepakbola masih menginginkan RD untuk berkiprah terus di sepakbola.
RD layaknya seorang artis yang lumayan banyak memilih jalur menjadi politisi beralih dari profesi awalnya seorang artis.
Sudah banyak contoh yang dapat kita lihat. Kemungkinan besar tawaran-tawaran politik itu lebih seksi dan menarik sepertinya. Oleh sebab itu, pelatih RD juga ingin menjajal politik praktis tersebut. Tetap, keputusan ada di pelatih RD mau lanjut jadi pelatih atau jadi politisi.