Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB sudah berjalan hingga berjilid-jilid untuk menghadapi Pandemi Covid-19, akhirnya akan direlaksasi oleh pemerintah. Tetapi namanya bukan relaksasi tetapi New Normal.
Perlahan akan dibuka sejumlah fasilitas dan akses pendidikan, rumah ibadah, bisnis dan banyak lagi sebagai wujud dari New Normal tersebut. Banyak kritikan dan komentar yang mendukung atau pro dan ada yang kontra.
Ya, tidak masalah juga namanya sebuah kebijakan pasti punya konsekuensi, begitulah demokrasi di Indonesia.
Tetapi, jangan pula kita pusing, marah dan gelisah dengan itu, apalagi pemerintah. Kalau sudah ada kajian mendalam untuk membuka berbagai akses kehidupan, ya tidak masalah, tetapi harus ada manajemen resiko nantinya.
Pemerintah juga menyampaikan bahwa New Normal tidak dilakukan secara serentak. Sudah dilihat daerah mana yang sudah aman dari penyebaran Covid-19 bisa mulai menerapkan New Normal.
Terkait dengan PSBB dan New Normal tersebut, pemerintah punya statement atau pernyataan unik terkait itu.
Dilansir dari CNN Indonesia.com, 28/5/2020, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona (Covid-19) Achmad Yurianto menjelaskan, PSBB maupun New Normal sama-sama kebijakan yang diambil untuk mengendalikan penyakit. Ia mengibaratkan bahwa dua kebijakan berkesinambungan seperti sebuah kendaraan, perlu digas dan direm.
"PSBB kemarin itu gasnya, sekarang New Normal-nya itu remnya. Kalau digas terus gak direm bagaimana," jelas Yuri.
Menyimak maksud pemerintah
Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyimak maksud pemerintah mengenai gas dan rem tadi. Gas diibaratkan adalah PSBB dan rem adalah New Normal.
Menyimak sedikit, maksud dari PSBB ibarat gas adalah pemerintah mencoba untuk menekan angka positif terinfeksi virus Corona di Indonesia, angka kematian dan sebagainya semakin menurun.