Memang kita akui sulit untuk mengatur masyarakat agar tidak mudik. Jika tekadnya sudah bulat, maka siapapun tak mampu untuk membendung. Itulah masyarakat kita.
Tetapi, herannya, melawan virus Corona masyarakat kita sepertinya tidak bertekad bulat menumpasnya sampai titik darah penghabisan. Buktinya, masyarakat masih nekad mudik, meski sudah dilarang oleh pemerintah. Memprihatinkan!.
Dilansir dari Kompas.com, 3/5/2020, petugas gabungan memergoki pemudik yang berusaha melintas di Kota Semarang, Jawa Tengah dengan modus menggunakan truk towing yang membawa satu unit minibus berisi empat orang yang diduga akan mudik.
Peristiwa itu terjadi di cek poin sekitar Taman Unyil kota Semarang yang merupakan perbatasan dengan Kabupaten Semarang.
Tidak patut dicontoh
Upaya dari pemudik tersebut adalah upaya pembangkangan sekaligus perlawanan terhadap petugas. Tega-teganya petugas dikelabuhi dengan tindakan-tindakan demikian. Layaknya seperti penyelundupan pemudik saja. Aksi yang memprihatinkan!.
Sangkin bandelnya tak bisa diatur, begitulah tingkah masyarakat kita. Memang tekadnya bulat untuk menjadi sumber bahaya bagi yang lain. Sudah banyak informasi yang beredar bahwa pihak yang mudik dapat jadi bahaya bagi lainnya. Akan tetapi, tidak efektif juga.
Kemungkinan besar masyarakat tidak sadar bahwa mereka akan jadi momok menakutkan bagi masyarakat lain.
Tindakan itu layak tidak dicontoh. Kebandelan-kebandelan yang sangat keterlaluan tidak cocok di negeri kita, karena kita diajarkan untuk saling menghargai dan menghormati menjadi landasan kita untuk hidup berbangsa dan bernegara. Itulah yang termaktub dalam Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara Indonesia.
Tetapi, masyarakat seperti melupakan kepatuhan dan menghormati apa yang sudah dianjurkan. Sulit untuk sadar bahwa mereka sudah berbuat salah.
Penulis yakin bahwa sudah banyak informasi dan edukasi yang diberikan agar masyarakat tidak mudik, tetapi sepertinya diacuhkan.