Lihat ke Halaman Asli

Juan Manullang

Penulis Lepas

Pesan Paskah: Dampak dari Dosa Ekologis adalah Mewabahnya Covid-19

Diperbarui: 12 April 2020   14:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Mgr Ignatius Kardinal Suharyo dalam Misa Paskah, 12/4/2020, dilansir Investor.id

Hari ini tepat 12/4/2020 umat Kristiani di seluruh dunia merayakan Hari Kebangkitan Yesus Kristus pasca disalibkan di bukit Golgota atau sering disebut Hari Paskah.

Hari Paskah kali ini memang sangat berbeda dari tahun sebelumnya, selama saya mengikuti Paskah sampai umur saat ini belum pernah Paskah diadakan di rumah. Baru kali ini saya rasakan, tak tahu teman lainnya pernah merayakan Paskah di rumah, tidak di Gereja sebagaimana biasanya akibat dari Pandemi Covid-19 atau Corona ini.

Untuk hari ini, saya dan keluarga merayakan Paskah di rumah dengan mengikuti siaran langsung perayaan Ekaristi suci dari Gereja Katedral Jakarta dibawakan Uskup Keuskupan Agung Jakarta Mgr Ignatius Kardinal Suharyo.

Dalam homili ataupun khotbah Bapa Uskup tadi pesan Paskahnya sangat jelas bahwa umat Kristen yang terdepan dalam menghentikan dosa ekologis. Maksudnya adalah dosa dengan melakukan tindakan merusak alam dan mengganggu keseimbangan ekologis.

Hal itu senada dengan Pesan Paus Fransiskus sebagaimana yang sudah saya tuliskan di Kompasiana juga bahwa wabah virus Corona adalah cara alam bereaksi terhadap manusia yang mengakibatkan kerusakan lingkungan.

Pesan Paskah itu sangat tegas dan membuka mata kita bahwa apa yang kita lakukan terhadap alam sebagai sumber kehidupan ini?. Apa yang sudah kita lakukan terhadap satwa yang ada di dalamnya?. Ini menjadi perenungan kita saat ini.

Kita diminta untuk mengakui dosa terhadap segala perbuatan terhadap alam sebagai sumber kehidupan. Kita mengimani apa yang telah diberikan Tuhan.

Alam dan lingkungan adalah satu kesatuan yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk dikuasai dan dilestarikan. Bukan dibumihanguskan, dieksploitasi untuk kepentingan pribadi.

Dalam tulisan sebelumnya, di negara kita saja sudah sangat sering terjadi banjir, longsor, kebakaran hutan dan perburuan satwa. Itu adalah bentuk dari ketidakcintaan kepada alam.

Kerakusan, kebusukan dan niat buruk telah membawa seseorang kepada keuntungan pribadi dan ketamakan. Kita melupakan siapa yang menciptakan dan memberikan alam dan lingkungan ini untuk dikuasai.

Kita lupa sebenarnya alam dan lingkungan digunakan untuk apa. Yang mana-mana saja yang boleh diambil dan tidak boleh diambil.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline