Lihat ke Halaman Asli

Juan Manullang

Penulis Lepas

Ketika Memilih Pasangan dan Menikah, maka Pertahankan Dia!

Diperbarui: 4 Desember 2019   18:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Dina menggendong bayinya, detik.com/Amir Baihaqi

Cinta adalah sebuah rasa yang datang diantara pria dan wanita pada saat menatap, mengenal dan sama-sama merasakan.

Ketika kita memutuskan mencintai dan memilih seorang pria atau wanita, apalagi sudah sampai menikah dan punya anak, maka harus dipertahankan hubungan itu apapun yang terjadi.

Sebuah perkawinan atau pernikahan adalah suci karena diikrarkan janji perkawinan dihadapan Tuhan sang Pencipta. Karena itu, jangan coba-coba bermain dengan perkawinan atau pernikahan.

Memilukan dan sangat memilukan ketika hubungan perkawinan atau suami istri harus kandas karena ada masalah kecil yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan baik.

Sebagai pasangan suami istri harusnya bisa menerima dalam suka dan duka, dalam sakit dan sehat dan dalam malang maupun untung. Jangan memutuskan menikah, tapi maunya hanya enaknya saja, tidak mau yang pahitnya.

Nah, berkaitan dengan itu pula, saya membaca kisah miris seorang wanita di Surabaya yang ditinggal suaminya lantaran anak hasil hubungan biologis mereka lahir dalam keadaan cacat.

Dilansir dari detik.com, 4/12/2019 wanita bernama Dina Oktavia (21) ditinggal suami karena melahirkan kerusakan pada wajah atau cacat. Pihak suami dan keluarga tidak mau menerima bayi tersebut.

Sangat menyedihkan
Membaca kabar itu, sungguh sangat menyedihkan sekali. Hanya karena seorang bayi yang lahir cacat, maka istri harus ditinggal. Sadarkah pria itu bahwa siapapun tidak ada yang menghendaki anaknya ada kekurangan?, tetapi apa mau dikata, bayi tersebut terlahir memang seperti itu. Tidak ada niatan buruk. Tuhanlah yang memberikan semuanya.

Apakah pria atau suami tersebut tidak menerima pemberian Tuhan?. Inilah fenomena hidup saat ini. Inilah ujian cinta dalam kehidupan berumahtangga. Inilah yang saya katakan tadi, bahwa ketika memutuskan mengikatkan cinta dengan sebuah perkawinan, maka suami dan istri harus menerima dalam suka dan duka, sehat maupun sakit, malang dan untung.

Ketika bayi lahir seperti itu, maka terimalah bentuk dari cinta sejati yang telah dijalin. Jangan mau manis saja, tapi tidak mau yang pahit.

Menyedihkan sekali memang kisah dari wanita tersebut. Dan, kemungkinan banyak lagi kisah sedih lainnya serta pasti ada juga pria yang mau menerima bila anaknya harus lahir seperti itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline