Beginilah politik di Indonesia yang tak mampu untuk diterka. Kadang jadi lawan dan kadang jadi kawan. Waktunya pun tidaklah lama, sebentar maupun sedetik bisa menjadi kawan kembali.
Begitulah yang kita lihat saat ini bagaimana banyak parpol yang ingin berebut kursi kabinet dan Ketua MPR. Beragam cara dilakukan dengan sebuah pertemuan politik. Memang itu baik untuk mendinginkan suasana, tetapi di balik itu ada pengamatan yang tidak wajar yaitu berkaitan bagi-bagi kursi tadi.
Sekarang pun kita diguncang dengan diksi yang salah oleh politisi partai Gerindra, Andre Rosiade yang mengatakan "kebakaran brewok" ditujukan untuk partai Nasdem. Hal itu diucapkan Andre karena friksi tajam dari politisi Nasdem Irma Suryani Chaniago terkait poros Teuku Umar-Kertanegara. Poros itu mengacu kediaman Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto.
Karena diksi salah dari Andre tersebut membuat Majelis Kehormatan Partai Gerindra Habiburokhman meminta Andre meminta maaf. Diungkapkan bahwa diksi itu mengolok-olok dan tidak sejalan dengan apa yang diajarkan Prabowo untuk selalu santun (detik.com, 12/8/2019).
Serangkaian berita itu saya mampu mengerti kepada siapa diksi itu ditujukan oleh Andre. Sebab itulah, mengapa Habiburokhman mengatakan agar Andre meminta maaf atas ucapan itu. Tak layak sebenarnya Andre mengatakan itu. Namanya politik juga harus punya sopan santun dalam berbicara dan mengkritik. Tidak bisa asal sesuka hati saja mengatakan sesuatu hal karena dampaknya akan buruk di masyarakat.
Kalau sampai menghina fisik maupun lainnya patut untuk dicegah. Berpolitiklah dengan cara-cara yang baik dan santun serta jangan sampai melukai hari politisi lainnya. Diksi salah itu sebaiknya tidak diulangi lagi karena bagi saya itu sudah menghina salah satu tokoh politik yang tak bisa saya sebutkan di sini.
Kedepannya, politisi harusnya mengedepankan etika politik yang baik. Masyarakat mendengar dan membaca setiap berita mengenai perpolitikan di Indonesia, sehingga ketika keluar kata-kata yang tidak layak, maka dampaknya ke masyarakat. Hal itu akan menjadi pendidikan politik yang tidak baik dan mencoreng nama partai politik politisi yang mengucapkannya.
Seberapa panas dan marahnya pun kita, tetap harus kepala dingin dalam menyikapi sesuatu hal. Tidak bisa grasa-grusu dan seenaknya saja. Ingat bahwa politik itu bukan untuk mengucapkan kata atau diksi yang kurang baik, tetapi untuk mengedukasi masyarakat bahwa politik itu berguna bagi sistem pemerintahan dalam membangun sebuah negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H