Banyak hal yang bisa kita manfaatkan untuk meningkatkan perekonomian rakyat, salah satunya adalah menjadi pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah). Apapun usaha kita, baik yang kecil maupun menengah, tentu itu sangat bermanfaat bagi banyak orang. Tinggal diberdayakan masyarakat yang ada untuk berani berwirausaha.
Terkait dengan itu, langkah besar dilakukan Bank Indonesia (BI) untuk memberdayakan kaum ibu, pengangguran dan anak putus sekolah melalui pelatihan menenun. Tujuan dari pelatihan itu agar tidak punahnya para penenun ulos, kain khas batak. Salah satu UMKM yang dilibatkan BI adalah Ulos Gallery Sianipar Medan. Galeri ini sudah mempekerjakan 180 karyawan dan menjadi klaster bagi 50 UMKM di Medan (mediaindonesia.com, 23/7/2019).
Kesempatan itu adalah cara yang baik dan langkah positif dari BI dalam meraup banyak pekerja. Apalagi ulos yang merupakan kain khas batak sangat laris manis dibeli dalam acara-acara pesta orang batak. Setiap pesta pernikahan, orang yang meninggal, memasuki rumah dan pesta adat batak lainnya, ulos sangat diperlukan.
Maka, kebutuhan akan ulos sebenarnya tinggi. Dan mirisnya, usaha yang memproduksi ulos pada zaman saat ini sudah semakin tergerus habis alias sudah sedikit. Jadi, dengan adanya galeri Sianipar di Medan akan membantu membangkitkan penenun ulos agar produksi ulos semakin bertambah.
Ulos itu adalah kain adat yang begitu dikenal para orang batak di dunia, bahkan bukan orang batak pun tidak asing mendengar kata ulos ini. Jadi, layak bila penenun ulos batak diberdayakan agar untuk masa depan, kain adat batak ini tidak habis atau punah.
Kita patut bersyukur dengan program dari BI ini sebagai bentuk penghargaan, apresiasi dan perhatian terhadap ulos. Dengan demikian, kain adat ini tetap dikenal dan dilestarikan di Indonesia.
Menurut data yang ada, ulos ini sudah dipasarkan atau mempunyai pembeli dari Malaysia, Jepang, Singapura, Amerika Serikat dan lainnya. Saya meyakini pula bahwa pembeli mancanegara tersebut adalah orang-orang batak yang tersebar di berbagai belahan dunia, ada yang bekerja maupun kuliah. Selain itu, orang asing pun bisa saja memakai ulos ini sebagai bentuk penghargaan karena bentuk, corak dan warnanya menarik. Kain ulos juga banyak dijadikan atau dibentuk menjadi tas, baju, taplak meja dan hiasan yang bernilai ekonomis lainnya.
Nah, semakin banyak pembeli ulos ini, maka penyerapan tenaga kerja pun semakin banyak. Laris manisnya barang dagangan, tentu membutuhkan pekerja yang banyak. Dengan demikian, para pengangguran, kaum ibu dan anak putus sekolah dapat dipekerjakan sebagai penenun ulos demi membutuhi kebutuhan mereka sehari-hari.
Kalau sudah begitu, pengangguran dan kemiskinan perlahan akan semakin minim, jika semakin banyak pelaku usaha yang memberdayakan masyarakat sebagai tenaga kerja. Kita pun dapat hidup dengan lebih baik dan sejahtera. Terimakasih kepada BI atas perhatian pada penenun ulos dan pemberdayaan masyarakat menjadi pelaku UMKM.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H