Agenda pertemuan 4 (empat) parpol koalisi Jokowi-Ma'ruf Amin mengundang tanya, apakah memang mau membangun soliditas atau ingin menolak maupun menerima oposisi seperti partai Gerindra, PAN dan Demokrat masuk koalisi? Ini menjadi pertanyaan.
Tetapi penegasan dari keempat ketum parpol itu menyatakan bahwa mereka ingin menguatkan koalisi Jokowi Ma'ruf Amin.
Namun, menurut pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno (kompas.com), cukup heran dengan konferensi pers empat ketum parpol tersebut. Sebab, ia menilai, tidak ada latar belakang peristiwa yang sangat kuat menggelar konferensi pers khusus berbicara mengenai soliditas di antara sesama parpol koalisi Jokowi-Ma'ruf Amin. Justru pengamat politik itu melihat adanya membentuk koalisi dalam koalisi dengan tujuan tidak ingin ada parpol baru masuk dalam koalisi Jokowi-Ma'ruf.
Artinya, adanya penolakan dari koalisi Jokowi bila Gerindra dan kawan-kawannya yang masuk dalam koalisi BPN Prabowo ikut dalam kubu pemerintah. Pertemuan itu ada makna tersirat untuk menegaskan secara tidak langsung kepada Jokowi-Ma'ruf Amin agar jangan merekrut oposisi masuk dalam koalisi. Rasanya sudah cukup kuat koalisi yang berada di tubuh pemerintah saat ini.
Wajar saja memang namanya manuver untuk menolak pihak-pihak yang menjadi lawan politik kemarin ikut dalam pemerintah. Istilah "tidak ada makan siang gratis" layak disematkan pada partai Gerindra, Demokrat dan PAN.
Partai tersebut tidak ikut mendukung, berkeringat dan habis-habisan memenangkan Jokowi-Ma'ruf Amin, tetapi tiba-tiba mau dapat kursi menteri maupun MPR yang diincar banyak partai. Enak saja Gerindra dan kawan-kawannya mendapatkan kursi, padahal mereka saja tidak ada perjuangan. Waktu lalu asik menyerang, berkampanye tidak sehat sampai kita ribut-ribut dan beragam hoaks serta ujaran kebencian menerpa, tetapi ketika hasil pemilu sudah jelas, maka tiba-tiba pingin ikut bergabung.
Pas sekali parpol koalisi Jokowi-Ma'ruf menolak bergabungnya oposisi di tubuh mereka. Tidak ada yang gratis bila ingin mendapatkan tempat. Sedangkan ke toilet saja sudah bayar ya, hehehe. Jadi, bagi saya lebih baik hal tersebut dibicarakan secara mendalam, tegas dan tepat dengan Pak Jokowi agar adanya kesepakatan akan semua polemik bagi-bagi kursi ini. Apa yang terbaik harus diperbincangkan agar tidak jadi bumerang bagi koalisi itu sendiri.
Untuk kebaikan bangsa, maka semua harus dibicarakan secara matang dan jelas. Jika mau menerima oposisi masuk pemerintah, maka dibicarakan juga. Jika menolak juga dibicarakan demi sebuah kesepakatan politik bersama. Semoga semua akan baik-baik saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H