Pernyataan dari politisi PAN Faldo Maldini terkait Prabowo-Sandi bakal sulit menang di Mahkamah Konstitusi dalam sengketa Pilpres menuai kritikan keras.
Kritik itu datang dari Anggota tim hukum Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Nicholay Apriliando menyindir kader Partai Amanat Nasional (PAN) Faldo Maldini. "Ya itu tanya dia kenapa dia ngomong begitu. Tapi kalo Kami optimis. Itu aja. Manusia kalau enggak optimis enggak usah jadi manusia," ucap Nicholay di Media Center BPN, Jakarta (cnnindonesia.com, 17/6).
Sindiran keras dari politisi BPN itu sekaligus pukulan telak bagi Faldo. Kata-kata manusia harus optimis sekaligus serangan keras yang membungkam Faldo. Kalau memang kita melihat serangan maupun sindiran balik dari politisi BPN itu adalah bentuk kekesalan terhadap Faldo yang tak mau optimis dan tak memainkan cara-cara yang baik dalam mensupport capres-cawapres pilihannya.
Secara sadar, harusnya karena Faldo adalah tim kampanye BPN Prabowo-Sandi harusnya dalam hal bagaimanapun, dalam hal segenting apapun dia tetap memilih dan mensupport tim Prabowo-Sandi. Tidak pesimisme. Namun, kali ini agak berbeda. Semakin rasional saja setelah dia menghitung-hitung selisih suara yang jauh dan tak mungkin mampu disaingi maupun diimbangi perolehan suara Jokowi-Amin.
Rasionalitas Faldo ini menjadi mematahkan dukungannya terhadap Prabowo-Sandi. Harapan menang sudah sirna, karena memang Mahkamah Konstitusi tidak bisa serta merta mengatakan Prabowo-Sandi menang harus memakai proses panjang juga.
Benar juga apa yang dikatakan Faldo tersebut. Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga negara yang berkutat dalam bidang perselisihan hasil pemilu memang dalam amar putusannya tidak serta merta mensahkan Prabowo-Sandi menang, tetapi ada proses dulu yang dilalui, kemungkinan pemungutan suara ulang jika memang kecurangan itu TSM.
Dan, bisa mempengaruhi jumlah suara signifikan Prabowo-Sandi. Ya, itu juga menjadi pendidikan hukum buat kita. Faldo pun semakin rasional dalam melihat sidang ini, makanya berkata demikian. Jadi, apapun balasan dari politisi koalisinya, tetap dia mengandalkan rasionalitasnya daripada dukungan penuhnya. Biarpun dikatakan tidak manusia kalau tidak optimis, tetapi dia tetap menerima tanpa harus menyerang kembali.
Ya, kita apresiasi langkah tersebut. Dinamika politik memang begitu, kadang mendekat dan kadang menjauh karena tidak mengenal kata setia dalam politik.
Salam Kompasianer!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H