Lihat ke Halaman Asli

Juan Manullang

Penulis Lepas

Menjadikan Angkutan Massal sebagai Sahabat Publik

Diperbarui: 15 Juni 2019   00:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: merdeka.com

Angkutan massal seperti bus, kereta api, kapal laut maupun pesawat terbang perlu terus menerus dibenahi. Terutama pada masa mudik hari besar keagamaan. Hal itu agar masyarakat semakin bergairah untuk mudik bertemu sanak keluarga. Pembenahan itu dapat dilakukan dari umur kendaraan atau pemeriksaan mesin, harga tiket, pengemudi atau supir, stasiun maupun pelabuhan dan bandara serta banyak hal lainnya.

Tentu masih ditemukan adanya angkutan massal yang tidak sesuai dengan ekspektasi publik, sehingga banyak yang berkomentar dan mengkritik. Padahal, semakin baik angkutan massal, maka akan semakin banyak penumpang dan meningkatkan juga pendapatan dari jasa angkutan massal tersebut.

Hubungan timbal baliknya sebenarnya begitu baik, semakin dibenahi, maka akan semakin banyak pendapatan.

Terkait itu, sangat miris dan merugikan pihak jasa angkutan massal, ketika data menjelaskan bahwa penurunan jumlah total penumpang selama mudik Lebaran 2019 tercatat sebanyak 11.531.775 orang, sedangkan pada tahun 2018 jumlah penumpang mencapai 13.923.193.

Kalau begitu, yang rugi adalah pihak jasa angkutan massal maupun maskapai juga. Coba seandainya, dibenahi dengan baik, pasti penumpang melonjak dan keuntungan atau pendapatan selangit.

Pembenahan secara menyeluruh

Telah saya ungkapkan diatas sebelumnya dalam artikel ini, bahwa pembenahan angkutan massal itu dapat berupa:

Pertama, pemeriksaan umur kendaraan dan juga mesinnya. Nah, mengapa saya mengatakan itu?.  Begini, namanya kendaraan juga seperti manusia. Semakin tua, maka semakin tidak produktif, lamban, pikun dan banyak hal lainnya yang berbeda jauh dengan orang muda. Begitu juga kendaraan. Coba kita bayangkan andaikan bus yang kita pakai sudah berumur puluhan tahun, apakah bisa kita pastikan mesinnya akan sebagus bus yang keluaran baru?. Tentu tidak!.

Mesin bus yang sudah tua tidak selincah dan segesit yang baru. Itu sudah pasti. Jangan-jangan bus tua itu ketika digunakan pemudik untuk mudik Lebaran dan Natal maupun hari besar keagamaan lainnya, masih jalan satu jam sudah mogok. Maka, yang sulit dan kecewa adalah pemudik itu sendiri. Waktu termakan lama sampai ke tujuan karena menunggu perbaikan dari mesin bus yang rusak. Karena itu, pemudik bisa marah-marah dan menghujat supir maupun pihak jasa angkutan massal.

Kedua, harga tiket. Nah, ini menjadi persoalan karena disetiap hari besar keagamaan, maka harga tiket angkutan massal melonjak naik bahkan drastis. Tak usah jauh-jauh, lihatlah harga tiket pesawat yang begitu mahal. Bahkan ada beredar kabar sampai puluhan juta. Bayangkan saja, kita merogoh cek atau dompet untuk mudik dengan habis puluhan juta, apalagi ikut anak-anak dan istri. Jangan-jangan sampai ratusan juta.

Padahal, sebelum-sebelumnya harga tiket pesawat ada yang ratusan hingga jutaan rupiah, sehingga proses mudik maupun beraktivitas semakin nyaman, aman dan menyenangkan. Jadi, pemerintah harus buat kebijakan sebenarnya pembenahan angkutan massal yang ada, apalagi menjelang hari besar seperti Lebaran dan Natal. Rakyat berharap pada pemerintah Indonesia yang tercinta.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline