Lihat ke Halaman Asli

Juan Manullang

Penulis Lepas

Koalisi BPN Semakin Tak Akur dan Saling Merongrong

Diperbarui: 7 Juni 2019   21:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: tribunnews.com

Sejak awal merajut koalisi BPN Prabowo-Sandi, dimana ada partai Gerindra, Demokrat, PKS dan PAN di koalisi tersebut, terlihat salah satu partai masih terlihat tidak klop dengan koalisi BPN. Partai itu adalah Demokrat. Kalau kita perhatikan selama kampanye kemarin, ada masalah yang digubris di media, dimana kader partai Demokrat banyak yang beralih pilihan ke Jokowi-Ma'ruf Amin.

Dari kondisi tersebut, terlihat bahwa Demokrat sendiri beserta kadernya tidak memegang teguh koalisi itu. Sampai-sampai pengamat politik mengatakan ada "politik dua kaki". Partai Demokrat pun tidak menghukum kadernya yang beralih pilihan ke Jokowi-Ma'ruf Amin. Tentu karena banyak pertimbangan.

Selain itu, hangat pula bagaimana Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai Komandan Kogasma partai Demokrat tidak hadir di kampanye akbar Prabowo-Sandi di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SU GBK) waktu lalu. Kondisi semakin mempertegas bahwa ada kesan Demokrat tidak serius mendukung Prabowo-Sandi.

Hingga akhirnya, saat ini terjadi lagi ketegangan dan saling menanggapi pernyataan kedua politisi yaitu antara politisi Gerindra Andre Rosiade dan Andi Arief politisi Demokrat.

Andre Rosiade menanggapi Andi Arief terkait pernyataan Andi yang menyebut Komandan Kogasma Partai Demokrat AHY lebih menjual jika dibandingkan dengan Sandi. Menurut Andre, jika AHY lebih menjual, harusnya suara partai Demokrat di Jawa Timur dan Jawa Tengah meningkat. Selain itu, Andre mengatakan Andi Arief caper atau cari perhatian terus menyindir Sandi (cnnindonesia.com, 7/6).

Terkait pernyataan kedua politisi tersebut sangat terlihat bahwa keakuran didalam koalisi BPN Prabowo-Sandi agak sedikit renggang. Hal itu juga sudah terlihat sebelum-sebelumnya. 

Antar koalisi saling merongrong atau saling serang. Padahal, hakikat dari koalisi ibarat seorang teman atau sahabat yang selalu bersama, sepaham dan saling membantu dalam suka dan duka. Koalisi harus tetap akur karena sudah timbul kesepahaman saat menjalin koalisi tersebut.

Namun, beginilah kalau politik yang kita ketahui. Politik tidak ada yang abadi. Sebentar saja bisa berubah dan tak lagi sepaham. Jadi, wajar-wajar saja bila kita melihat terjadi ketegangan dan adu argumen dalam koalisi politik BPN.

Namun, yang sangat disayangkan, mengapa harus terus mempertontonkan ketidak-akuran?. Apakah tidak ada  tontonan lain yang lebih mengedukasi politik kepada masyarakat?. Itu yang sangat disayangkan. Kalau kita lihat TKN Jokowi-Ma'ruf tidak ada yang seperti itu, meski bisa jadi lima tahun atau di tahun berikutnya bisa saja tidak lagi berkoalisi dengan partai lainnya pengusung Jokowi. Namun tak masalah, yang penting sampai sekarang koalisi masih akur.

Dengan tampilan seperti ini, maka dalam benak rakyat akan berpikir negatif terhadap koalisi BPN. Rakyat bisa jadi nyinyir dan menyerang koalisi BPN, sehingga bisa jadi akan makin ribut.

Ketulusan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline