Lihat ke Halaman Asli

Juan Manullang

Penulis Lepas

Harapan Palsu Pertemuan Jokowi-Prabowo

Diperbarui: 4 Juni 2019   13:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prabowo Subianto saat bertakziah menyampaikan belasungkawa atas wafatnya istri SBY (CNN Indonesia/Hesti Rika)

Harapan politisi khusus TKN Jokowi-Ma'ruf Amin dan seluruh bangsa Indonesia menginginkan pertemuan antara Jokowi dan Prabowo secepatnya digelar. Akan tetapi, keinginan dan harapan itu sulit untuk terealisasikan karena sampai sekarang saja pertemuan tak terjadi.

Bahkan, Prabowo mengatakan masih melihat rencana pertemuan dengan Jokowi. Ia mengatakan pertemuan bersama Jokowi akan ada waktunya. "Nanti kita lihat ya, semuanya ada waktunya, "ujar Prabowo di rumah Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Puri Cikeas, Kabupaten Bogor (cnnindonesia.com, 3/6).

Apa yang disampaikan oleh Prabowo tersebut belum mempunyai kepastian. Masih sekedar harapan palsu saja. Waktunya belum jelas. Kita tak tahu maksud dari Pak Prabowo apakah maksudnya, tak perlu bertemu atau setahun lagi bertemu atau sampai kapan?. Ini sebuah penjelasan yang tak dapat kita pikirkan secara logika.

Waktu begitu panjang dan tak ada habisnya. Seharusnya, ada kejelasan terlebih dahulu agar ada kepastian dan masyarakat serta politisi TKN khususnya tidak diberi harapan palsu.

Untuk bertemu saja sulit. Bagaimana mau membangun negara?. Tentu akan semakin sulit lagi. Maka, tolong para capres kami untuk memastikan, meredakan emosi dan kekesalan dan segera untuk memutuskan pertemuan digelar kapan. Mau sampai kapan diberi harapan palsu begini?. Siapapun akan kecewa kalau tidak ada kejelasan. Rakyat sudah menunggu, namun kepastian tak kunjung datang.

Utusan juga tak diperdulikan. Malah, diduga ada orang ketiga yang mencoba mempengaruhi Pak Prabowo. Ini sungguh mengecewakan. Harusnya orang ketiga tersebut jangan didengarkan, karena oknum itu hanya merusak suasana pendinginan setelah pemilu.

Pertemuan sudah berkali-kali dikatakan adalah sebagai obat ampuh mendinginkan suasana panas saat kampanye kemarin. Tetapi, untuk bertemu saja susah. Apakah belum bisa move on dari kelelahan politisi BPN Prabowo-Sandi?. Ini menjadi pertanyaan juga.

Katanya sahabatan dengan Pak Jokowi, tetapi untuk bertemu saja sulit. Apakah setelah dibacakan putusan Mahkamah Konstitusi, maka pertemuan akan dilakukan?. Itupun belum jelas!. Bisa jadi tak bertemu-bertemu.

Harus disadari bahwa rakyat menantikan pertemuan tersebut. Begitu bangganya rakyat bila setelah pemilu kedua capres bisa bertemu, bersalaman dan ngopi bersama. Namun, tak juga kesampaian. Apakah hati sekeras batu, sehingga sulit dilunakkan?.

Okelah, kita akan tunggu setelah putusan akhir MK dibacakan, apakah akan ada pertemuan atau tidak. Kalau tidak bertemu juga, mau kemana rakyat ini?. Tentu masih terjadi polarisasi dimana ada kubu Prabowo dan kubu Jokowi. Rakyat tidak bisa akur jadinya. Masih ada suasana Pilpres dalam ingatan rakyat. Masih terlintas namanya isu-isu kecurangan yang digelorakan oleh Prabowo-Sandi waktu lalu.

Coba bayangkan, bila bertemu, berarti suasana sudah cair. Sudah bisa menerima kenyataan bahwa Prabowo kalah dan Jokowi menang serta sebaliknya. Dengan begitu, pendukung para capres pun sudah mengakui bahwa mereka kalah maupun menang. Tidak ada lagi suara-suara sumbang yang mengatakan pemilu tahun ini curang terstruktur, sistematis dan masif. Kita bisa hidup damai dan kembali normal beraktivitas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline