Lihat ke Halaman Asli

Juan Manullang

Penulis Lepas

Hiraukan "Pembisik", Saatnya Jokowi dan Prabowo Bertemu

Diperbarui: 31 Mei 2019   14:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: tirto.id

Pertemuan antara Jokowi dan Prabowo yang sampai saat ini tidak kunjung terealisasikan diduga adanya orang ketiga atau "pembisik" yang memperkeruh suasana.

Hal itu dikatakan Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin, Irma Suryani Chaniago mengimbau agar capres Prabowo Subianto tidak larut dengan pembisik di sekelilingnya. Hal itu pun disampaikan menanggapi pernyataan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan bahwa ada pihak berkepentingan di sekeliling Prabowo yang memperkeruh suasana (cnnindonesia.com,31/5).

Dengan adanya tanggapan itu, patut dicari tahu terlebih dahulu siapa pembisik yang dimaksud. Apa tujuannya membisikkan hal yang aneh-aneh. Dengan begitu, akan semakin cepat realisasi pertemuan Jokowi dan Prabowo. Jika perlu kita suarakan kepada "pembisik" agar menghentikan tindakannya yang dikatakan memperkeruh suasana.

Memang sudah sangat hangat realisasi pertemuan Jokowi dan Prabowo. Harapannya secepatnya itu dapat dilakukan. Semua harapan itu untuk Indonesia yang lebih baik, bukan untuk kepentingan politik semata. Kita begitu mengharapkan hal itu, karena memungkinkan tensi politik terutama dari para pendukung bisa mereda.

Apa sulitnya untuk bertemu?. Sebenarnya tidak sulit, tidak juga pakai telepon, tetapi adanya niatan baik untuk melakukannya. Itu saja sebenarnya. Antara Pak Prabowo dan Pak Jokowi juga, salah satu pihak harus ada yang mengalah, siapa yang duluan mendatangi kediaman masing-masing.

Tentu, jika Jokowi datang ke kediaman Prabowo, pasti tidak akan yang melarang. Begitupun sebaliknya. Jadi, mengapa sulit sekali bertemu?. Apakah ada sedikit kerenggangan diantara dua capres tersebut?. Apakah setelah pemilu ini, masih ada rasa kecewa, marah dan kesal dari diri kedua capres itu?. Kalau tidak ada, ya ketemu saja. Itu aja kok repot.

Kalaupun ada "pembisik" yang dimaksudkan itu, sudah hiraukan saja. Tidak perlu terlalu didengarkan. Semua ada pada diri masing-masing capres yang harus menolak bisikan-bisikan yang bersifat negatif. Rekonsiliasi itu sangat penting. Kedekatan antar kedua capres begitu dibutuhkan agar mendoktrinasi pikiran rakyat bahwa mereka sudah menerima hasil pemilu dan kembali seperti biasa yaitu bersahabat.

Tunjukkan jiwa nasionalisme dan patriotisme antar kedua capres. Harus berani bertemu tanpa ada utusan. Saatnya tunjukkan bahwa kedua capres itu tak bisa dipengaruhi oleh siapapun dalam menjaga keutuhan negara. Pertemuan rasanya dapat menjaga keutuhan bangsa, dimana para pendukung kembali normal dalam beraktivitas. Tidak ada kesenjangan yang terjadi akibat adanya polarisasi dukungan.

Kita hindarkan itu semua untuk kepentingan bangsa. Bertemu setelah pemilu adalah cara berpolitik yang baik. Artinya, berbagai pihak sudah menerima dan melupakan persaingan menuju pada satu tujuan yaitu membangun bangsa dan negara. Hiraukan segala bisikan yang masuk ke telinga kedua capres. Kedepankan tujuan bersama saat mencalonkan diri sebagai capres yaitu memajukan dan mensejahterakan rakyat.

Salam Kompasianer!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline