"Obat untuk meredam keinginan balas dendam adalah memutuskan untuk tidak balas dendam."
Dalam kehidupan istilah balas dendam sering berkonotasi kepada perilaku yang bersifat negatif atau jelek. Menurut KBBI bahwa, "Balas dendam adalah perbuatan membalas perbuatan orang lain karena sakit hati atau dengki."
Padahal kata balas dendam bisa juga dipakai untuk sesuatu yang positif atau baik, khususnya dalam pembicaraan kaum muda. Contoh: "Ayo latihan lebih giat lagi. Kita harus balas dendam dengan kekalahan kita ini." "Banyak sekali makamu. Balas dendam yach."
Lalu bagaimana dengan ungkapan ini, "Kita diam aja, nanti Tuhan yang balas dendam." Makanya kita sangat senang, jikalau melihat musuh kita menjadi sengsara hidupnya, bahkan kalau perlu di penjara, apalagi penjara seumur hidup. Puas ... puas ... .
7 Penyebab Dendam:
1. Pola Asuh. Berasal dari rasa dendam yang diturunkan baik tidak sengaja maupun sengaja dari orang tua atau keluarganya. Hal ini lalu memengaruhi kejiwaan seseorang.
Sejak kecil melihat keluarganya dihina atau dianiaya, dan keluarganya tidak bisa berbuat apa-apa. Namun kesehariannya menampakkan kebencian dan kemarahan di wajah mereka. Ini bisa menjadi virus yang menular.
2. Pola Didik. Beda dengan pola asuh, namun dalam hal ini telah memuat ajakan dan ajaran untuk menjadikan seseorang dalam posisi tertentu, demi untuk bisa membalaskan ketidakadilan yang telah dialami sebelumnya.
Ini bisa lebih mengerikan dari yang sekadar meniru di pola asuh, karena telah dibumbui kebencian yang membara dengan cara tertentu untuk balas dendam. Ada sugesti ancaman kalau tidak dilakukan akan susah hidupnya kelak.
3. Masa Lalu. Tidak ada manusia yang tidak memiliki masa lalu. Hingga suatu hari, melihat keadaan atau peristiwa tertentu, membawanya kepada bayangan masa lalu.
Tiba-tiba timbullah keinginan untuk balas dendam karena suatu hal yang menurutnya demi keadilan. Ini bisa dikaitkan dengan pola asuh dan pola didik yang diterimanya.