Lihat ke Halaman Asli

Juanda

Kompasianer Taruna

Juara Nulis Dunia Akronim

Diperbarui: 15 Juni 2019   22:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

area-77.com

"Carilah cara yang termudah untuk bisa menghafal sesuatu. Tidak perlu menyalahkan usia yang terus beranjak."

Judul untuk artikel ini adalah ide cemerlang dari Kompasianer Johanis Malingkas, seorang dosen yang menulis artikel 'Evaluasi Diri Menulis: Bulan Mei Mempublis 70 Artikel'. Luar biasa, dalam 1 bulan bisa menulis 70 artikel.

Dalam komentarnya di artikel saya '10 Alasan Daftar Kompasiana.com', mengetik, "Mantap Pak Juanda. Jangan lupa huruf J nya, maaf bercanda ya? JUANDA itu JUAra Nulis Dunia Akronim bukan? Hehehe. Salam kompak. Salam kompasiana. Terima kasih Pak untuk idenya ini.

Akronim yang bernas ini, tak pernah terpikirkan sebelumnya. Namun yang mengerikan ada kata 'juara'-nya. Namun memang saya senang menulis dengan menentukan lebih dulu arahnya, supaya tidak bertele-tele dalam penyajiannya. Dan salah satu caranya dengan pendekatan akronim. Meski kadang juga dengan model singkatan.

Awalnya saya menyukai penggunaan singkatan atau akronim, karena mudah lupa saat menghafal, ketika masih duduk di bangku SMA. Belajar malam hari, lalu besoknya sudah lupa. Akhirnya membuat diri ini menjadi frustrasi dan terus menghakimi diri sendiri.

Hingga suatu hari, saya membaca sebuah buku (lupa judulnya ... kan lupaan), yang intinya memberikan solusi cara mengingat, apa yang perlu untuk diingat. Mulai dari saat itu, setiap belajar untuk menghadapi ujian dan apalagi ada hafalan tertentu, maka mulai otak-atik huruf-huruf  mana saja yang bisa dikumpulkan, supaya menjadi satu kata, namun yang bisa mewakili keseluruhan makna, dari apa yang perlu untuk dihafal itu.

Lalu apa beda singkatan dan akronim?

Memang ada beberapa pengertian. Tapi gampangnya, singkatan itu adalah pengambilan 1 atau 2 buah huruf tertentu dari sebuah kata. Jika lebih dari satu kata, maka yang diambil huruf depannya saja. Lalu setelah jadi kumpulan huruf baru, maka cara bacanya dengan mengucapkannya seperti aslinya dari huruf-huruf itu. Contoh: a.n. (atas nama), Yth. (Yang Terhormat), S.H. (Sarjana Hukum) atau MPR (Majelis Permusyarawatan Rakyat).

Sedang akronim pengertiannya itu juga mirip dengan dengan singkatan, namun hasil singkatannya itu bisa dibaca (diucapkan) menyambung. Contoh: Ikapi (Ikatan Penerbit Indonesia), Ormas (Organisasi Masyarakat) atau ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia). Bandingkan keduanya ini: RS (Rumah Sakit) ini singkatan dan Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) itu akronim.

Jika kata akronim itu diakronimkan, akan menjadi seperti ini:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline