Lihat ke Halaman Asli

Juanda

Kompasianer Taruna

Harga Bahan Pokok Stabil

Diperbarui: 14 Mei 2019   01:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi

"Kesempatan tak pernah terulang, kalau tidak dimanfaatkan sesegera mungkin."

Dalam pikiran seorang pengusaha hanya ada kata untung. Kalau tidak untung, lalu buat apa membuka sebuah usaha. Sehingga menjalankan usaha apa pun, pasti pengusaha ingin mendulang keuntungan sebanyak mungkin juga. Segala cara akan dilakukannya, asal keuntungannya bisa dinikmati secepatnya.

Cara untuk mendapatkan keuntungan, perlu menaikkan harga. Ini membutuhkan momen tertentu pula. Tidak bisa sewaktu-waktu mengatur kenaikan harga sesukanya sendiri. Apalagi jika itu terkait dengan kebutuhan bahan pokok masyarakat. Karena kalau ini dipaksakan, akan mengganggu kestabilan ekonomi sebuah bangsa, yang bahkan bisa berujung pada people power.

Kesempatan yang tepat dan sering dipakai untuk menaikkan harga bahan pokok, yaitu saat menjelang hari raya Idul Fitri atau Natal. Apakah ini kesengajaan ataukah hukum pasar? Yaitu permintaan yang terlalu besar, sehingga barang menjadi langka? Tentu harga akan meroket.

Tiap tahun bisa mengalami hal yang sama. Baik setelah ganti Presiden atau Menteri atau Dirjen, tetap tidak bergeming, bahwa harga tetap stabil merangkak naik pada bulan Ramadan. Pemerintah terus berjuang, namun seakan kalau lengah harga bahan pokok tetap naik.

Saat melakukan operasi pasar, maka harga bisa dikendalikan. Ini sesungguhnya tidak sehat. Di dalamnya pemerintah yang harus bekerja keras, bahkan nomboki, supaya harga bisa tetap stabil. Ini perjuangan seakan tidak ada habisnya.

Kestabilan harga hanya bisa terjadi, kalau pemainnya ingin membuatnya stabil. Namun siapa yang bisa tahu isi hati orang? Sebagai makhluk homo economicus, tentu mempunyai dorongan ekonomi untuk melakukan tindakan ekonomi guna memenuhi kebutuhannya. Dan kebutuhan manusia yang sederhananya adalah sandang, pangan dan papan, namun telah bergeser menjadi relatif dalam segala hal pada saat ini.

Ada istilah 'goreng-menggoreng' dalam dunia bisnis, yang bisa membuat sebuah harga menjadi tidak stabil. Harga pasaran belum naik, tetapi tahu menjelang Ramadan, maka mulai mencoba memainkan harga demi mendapatkan keuntungan. Kalau grosir besar yang bermain, maka harga di toko-toko eceran akan bergerak juga.

Dengan menimbun bahan pokok, maka akan menyebabkan kelangkaan pula. Dan ketika pasar meminta maka akan dikatakan kosong. Kalau memaksa untuk membeli bisa diberikan harga yang telah naik. Akhirnya terbiasa, maka akan menjadi naik secara merata.

Untuk mencermati hal ini, maka pemerintah perlu melakukan upaya yang sistimatis, yaitu mulai meletakkan aparat yang tidak mau main mata dengan pengusaha. Kemudian turun ke pasar untuk mencari para penimbun sembako, padahal kiriman barang lancar, namun ternyata bisa kosong di pasaran. Ini tentu ada permainan di dalamnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline