"Menang atau kalah dalam pemilihan itu adalah hal yang luar biasa. Siapa yang bilang itu hal yang biasa? Coba lihat hasilnya setelah itu!"
Kita sebagai bangsa Indonesia layak bersyukur, jikalau Pilpres dan Pileg 2019 yang dilakukan serentak pertama kali ini, telah berjalan dengan jujur dan adil, meski menimbulkan banyak ketidakpuasaan pada pihak yang merasa kalah.
Meski awalnya ada banyak intimidasi menakutkan yang ditujukan kepada masyarakat, ternyata telah diantisipasi oleh aparat sedemikian rupa, sehingga semuanya berjalan dalam kedamaian.
Di beberapa stasiun TV nasional telah menyajikan Quick Count yang dilakukan oleh Litbang Kompas, Indobarometer, SMRC, Indikator Politik Indonesia, Charta Politika, Poltracking Indonesia, LSI Denny JA, CSIS dan Cyrus Network yang menghasilkan perhitungan yang menyatakan bahwa Paslon nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf Amin lebih unggul. Meskipun ini bukan hasil resmi dari Komisi Pemilihan Umum.
Namun yang menarik, Koordinator Jubir BPN, Dahnil Anzar Simanjuntak menyatakan bahwa hasil survei Exit Poll yang dilakukan internal Paslon 02 itu yang unggul.
Lalu ditegaskan kembali dalam jumpa pers di kediamannya Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Rabu (17/4), Prabowo Subianto yang tidak didampingi oleh Sandiaga Uno menyatakan bahwa telah melihat bahwa sejak sebelum pemilihan hingga perhitungan suara, itu memprihatinkan dan banyak merugikan pendukung 02.
Meski demikian, Prabowo menyebut bahwa hasil Exit Poll di 5.000 TPS menunjukkan Prabowo-Sandi menang sebesar 55,4%. Sedang hasil Quick Count menyebut Prabowo-Sandi meraih 52,2%.
Selanjutnya dikatakan, "Saya tegaskan di sini kepada rakyat Indonesia, ada upaya dari lembaga-lembaga survei tertentu yang kita ketahui sudah bekerja kepada satu pihak untuk menggiring opini seolah-olah kita kalah." Sedang Ketua Seknas Prabowo-Sandi, M Taufik masih merasa yakin kemenangan ada di tangan Prabowo-Sandiaga. Dia pun memiliki lembaga yang melakukan hitung cepat di bawah koordinasi Seknas (merdeka.com).
Sesuatu yang menarik di sini, bahwa hasil dari perhitungan 8 lembaga Quick Count profesional yang ditayangkan oleh TV nasional ini, ternyata masih belum tentu benar perhitungannya, dibandingkan dengan perhitungan dari Quick Count oleh BPN Prabowo-Sandi sendiri. Kalau hanya beda tipis, itu bukanlah suatu masalah. Namun ini bertolak belakang sekali.