Lihat ke Halaman Asli

Mental Kancil

Diperbarui: 16 Januari 2023   20:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Semua orang berhak menentukan keinginan dan kebijakannya masing-masing. Namun, seringkali keinginan tak sejalan dengan kebijakan yang diputuskan oleh kita insan manusia. Ada banyak hal yang menyebabkannya terjadi, salah satunya bisa kita kulik dari kisah dibawah ini.

Mail diajak untuk bergabung dalam keluarga mahasiswa daerahnya. Tentunya dengan segala macam doktrin yang telah diterimanya, Ia mengiyakan ajakan tersebut. Here we go! Setelah melalui serangkaian tahap agar bisa menjadi warga organda, senja menjadi saksi perjuangannya menaklukkan pertanyaan-pertanyaan yang menguji ketajaman mahasiswa dalam bernalar lewat pos pos yang telah disediakan.

Hingga akhirnya mereka dikukuhkan dan telah berstatus warga di organisasi itu. Senyum _pula'ngis_ tampak dari wajah mereka, kecuali Mail yang tampaknya menyimpan sesuatu di lubuk hatinya yang terdalam. 

***
Adek-adekku sekalian, tanggal 17 bulan depan akan diadakan pengumpulan pertama sebelum kalian di kader agar berstatus warga di kema fakultas kita. Hilangkan niatan kalian untuk tidak mengikuti prosesnya. Ingat!! Kalian akan dikucilkan jika tidak mengikuti proses! Paham??. Panjang chat yang dikirim senior melalui group chat WhatsApp
Yang tak dinginkan sebentar lagi dimulai.

 Hari-hari kuliah serasa di neraka akan terasa sepanjang Masih berada di lingkungan fakultas. Mail kemudian menanyakan perihal Proses pengkaderan fakultasnya kepada senior dia di organda. 

Seniornya kemudian berkata " kalau mauko lolos proses, janganko banyak tingkah, jangan menonjol, dan jangan melakukan sesuatu yang mengundang tawa" mendengar hal tersebut lantas membuat Mail berfikir sejenak.

 "Haruskah aku mengikuti nasihatnya?". Ia skeptis karena saat proses di organda ia melakukan hal sebaliknya dan justru membuatnya menjadi peserta terbaik.


Dia kemudian menanyakan seniornya yang lain dan jawabannya hampir sama. Setelah bergulat dengan pikirannya, muncul ide yang mungkin bisa kita katakan kalasi (baca licik). Ia akan mengubah dirinya, mulai dari kepribadian, pakaian, dan caranya berbicara pada saat sedang diadakan pengumpulan. Ia yang dulunya sering di anggap pejantan tangguh sewaktu sma berubah menjadi seorang kutu buku dengan wajahnya yang memelas. Tak lupa kaca mata yang tertenteng diatas hidung. Pengumpulan pertama Mail bolos. Ia datang pada pengumpulan selanjutnya dengan terlambat karena ada acara yang harus ia ikuti bersama dengan teman-temannya. Ia kemudian di hukum meskipun pihak penyelenggara sudah berkomunikasi dengan senior bahwasanya mereka akan terlambat namun tetap saja hukuman dilayangkan. Mereka pun push up dan stretch tangan. Angin sepoi membuat suasana tegang tatkala mereka dibawa ke tempat pengumpulan di pelataran fakultas  hukum. 

Pohon pohon besar mengelilingi pelataran. Dudukan dudukan bernoda seakan tak pernah dibersihkan setahun lamanya. Ditambah senior yang begitu banyak dihadapan mereka yang mulai menginterogasi. " Kenapa    Kalian    Terlambat....? " tanya korlap Tak ada yang bersuara, semua seakan terbungkam oleh suasana dan keadaan yang sangat tegang dan mencekam. Korlap kembali bertanya tetapi tetap saja tidak ada yang menjawab. 

Senior yang lain kemudian berteriak " oiii jawabki Sundala, Batuko kahhh?? "


Salah satu dari kami angkat suara. " kami ikut kegiatan lomba kti tingkat fakultas kak " 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline