Setelah bertahun-tahun tinggal di Surabaya dan pergi ke tempat suadara di kawasan Sedati, baru aku menyadari ada perubahan yang sangat drastis di sekitar tempat kos saudara saya ini.
Di tahun 2010, kawasan ini masih banyak yang berupa persawahan dengan rumah yang tidak terlalu banyak, 13 tahun kemudian, Pembangunan sudah sangat pesat sekali.
Banyak sawah yang sudah berubah fungsi menjadi kawasan industri dan pabrik. Jalanan juga dibangun dengan lebih baik. Nuansa desa yang dulu masih terasa di kawasan ini sudah pudar oleh nuansa perkotaan yang padat, rumah yang semakin sempit dengan jalanan yang semakin ramai.
Perubahan penggunaan lahan ini tentu menjadi concern kita bersama karena berkaitan dengan ketersediaan lahan untuk pertanian. semakin banyak jumlah penduduk, tentu saja kebutuhan lahan untuk tempat tinggal juga semakin besar.
Kota Surabaya yang sudah sangat penduduknya tentu tidak akan mampu menampung begitu banyak pendatang dalam melakukan urbanisasi. rata-rata orang yang bekerja di Surabaya pasti mencari lokasi tempat tinggal di area Sidoarjo, Gresik, maupun Bangkalan.
Berdasarkan harian Surya di tahun 2014, terjadi penyusutan lahan pertanian di Sidoarjo seluas 3ha per hari. Jika terus dibiarkan maka akan terjadi krisis pangan karena Sidoarjo merupakan salah satu lumbung padi yang ada di Jawa Timur.
Di Tahun 2009, terdapat 16000 hektar lahan pertanian namun di tahun 2014 sudah berubah menjadi 12500 hektar. Tentu ini menjadi perhatian bersama agar bisa mendapatkan solusi apa yang perlu dilakukan agar bisa meminimalkan perubahan fungsi lahan yang ada di Sidoarjo.
Ada beberapa cara yang aku pikirkan bisa untuk meminimalkan perubahan fungsi lahan. Pertama, tidak bisa tidak proses pemerataan Pembangunan harus dilakukan. Pembangunan tidak bisa terpaku hanya pada kota-kota besar saja.
Kota-kota atau daerah yang memiliki potensi untuk berkembang harus mendapatkan dukungan dari pemerintah. Jika pemerataan Pembangunan terjadi, maka peluang terjadinya migrasi ke kawasan padat penduduk seperti Surabaya juga bisa ditekan.