"setiap tetes darah yang menetes ini, tidak akan membuat kalian semua tenang." Suatu kalimat yang khas dan cukup menjadi jawaban betapa besar dendam seseorang kepada sekelompok masyarakat.
Halo semuanya, kali ini aku akan membahas tentang film horror yang sudah mencapai lebih dari sejuta penonton, yaitu film Ivanna. Film ini merupakan bagian dari Danur universe .
aku menonton film ini dua hari sesudah premiere dan baca review dari beberapa yutuber, yang mengatakan filmnya sangat bagus. Aku tipe orang yang harus menonton dan membaca review film dulu sebelum akhirnya memutuskan menonton sebuah film.
Sebelum menonton film ini memang harapan sudah cukup tinggi karena yang menyutradari adalah Kimo Stamboel. Setidaknya nama sutradara ini sudah cukup bagi saya (bersama Timo juga) untuk memutuskan menonton film-film mereka.
Jadi terngiang-ngiang adegan film Ratu Ilmu Hitam (RIH) di tahun 2019, walau sebelumnya agak kecewa dengan film dreadout sih tapi tertutupi dengan RIH yang cukup bagus.
Film-film Danur semuanya aku tonton sih, walau ada beberapa hal yang menurutku cukup mengecewakan tapi ya masih ok lah buat untuk hiburan, nah untuk film yang baru ini apakah ada peningkatan atau tidak. saat aku membahas film ini jangan menganggap diriku sebagai orang yang ahli film lho, karena saya hanya akan membahas film secara umum saja, maklum kalau bagi saya cukup bagus, ya kenapa tidak.
Adegan diawali dengan proses pembunuhan orang-orang Belanda di tanah air (konteksnya di bandung) oleh orang-orang jepang . adegan awal yang sudah berdarah-darah sudah menunjukkan ciri khas dari Kimo. Film ini menjelaskan bagaimana sosok Ivanna, dari sosok yang mencintai pribumi dan tanah Indonesia, menjadi sosok yang penuh dendam kepada orang -orang yang akan ditemuinya kelak (Ketika sudah mati).
Ivanna yang berusaha untuk menolong para pribumi dari orang Jepang, tapi justru akhirnya dihianati oleh orang-orang pribumi, hingga akhirnya dia harus dibunuh oleh Matsuya, pimpinan orang Jepang.
Film ini mengambil latar Kawasan Bandung di tahun 1993. Sepasang kakak adik yaitu Ambar dan Dika datang ke sebuah panti jompo yang dikelola oleh sahabat orang tuanya dan juga anaknya yang bernama Agus setelah kematian kedua orang tuanya.
Pada saat itu merupakan momen idul fitri sehingga banyak penghuni panti yang kembali di rumahnya, hanya tersisa tiga penghuni panti yaitu nenek Ani, Kakek Farid, dan Oma Ida beserta Arthur, cucu Oma Ida yang datang belakangan.