Tragedi padamnya listrik pada 04 agustus 2019 yang lalu sempat melumpuhkan kota Jakarta dan sekitarnya. Listrik padam yang akhirnya mengakibatkan terhentinya aktivitas-aktivitas kehidupan dan perekonomian yang menggunakan listrik.
Kondisi ini juga mengakibatkan hilangnya jaringan telekomunikasi yang membuat masyarakat sulit sekali untuk berkomunikasi di dunia maya.
Tragedi ini akhirnya mengakibatkan terpicunya emosi masyarakat dan pastinya PLN sebagai perusahaan listrik di Indonesia menjadi sasaran empuk masyarakat yang terkena dampak pemadaman.
Tragedi ini telah berlalu tiga hari meskipun kata maaf tidak cukup untuk membayar kekecewaan masyarakat sebagai pelanggan listrik.
Namun, sekarang kita kembali dapat melihat PLN menerangi keramaian ibukota dan sekitarnya meskipun masih ada sebagian kecil lokasi dalam proses pemulihan. Hal ini pastinya tidak terjadi secara kebetulan tanpa adanya kerja keras PLN yang tak kenal lelah.
Seperti yang kita ketahui dan saksikan bersama melalui penuturan dari PLT Direktur PLN, Sripeni Inten Cahyani dalam Indonesia Lawyer Club, bahwa terjadinya gangguan pada line 1 jaringan SUTET 500kV Ungaran-Pemalang selanjutnya disusul dengan gangguan di line 2.
Gangguan ini berdampak pada penurunan tegangan di SUTET 500kV Tasikmalaya-Depok yang mengakibatkan sistem proteksi yang ada di PLN segera mematikan PLTU Suralaya, PLTU Labuan, PLTU Lontar, PLTU Pelabuhan Ratu, PLTGU Tanjung Priok, PLTGU Muara Karang, PLTGU Muara Tawar, PLTA Cirata, Saguling dan Jatiluhur. Kondisi inilah yang mengakibatkan daerah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten padam.
Tak sedikit masyarakat yang terkena dampak pemadaman ini yang tidak berteriak. Dalam sekejap lelucon-lelucon bahkan kritikan yang ditujukan kepada PLN dengan sangat cepat termuat di sosial media. Pendapat-pendapat dan ide-ide begitu banyak bermunculan.
Tidak lagi berpikiran kenapa dan bagaimana hal itu terjadi. Karena memang PLN menyadari yang pelanggan pikirkan adalah bagaimana listrik boleh terus menyala tanpa perlu mengetahui apa yang terjadi di belakang layar.
Namun, kondisi ini bukanlah hal yang mudah bagi PLN dan pastinya bukanlah hal yang PLN harapkan terjadi. Ucapan permohonan maaf tak henti-hentinya terucap dari setiap jajaran manajemen PLN.