"Tak akan selamanya seorang ibu mengandung yang membuatnya sangat membutuhkan bangku prioritas itu, tak selamanya mereka tetap menjadi anak-anak sehingga mereka menjadi bagian dari yang mebutuhkan bangku prioritas itu dan tak selamanya kita muda, kelak kita juga akan menua seperti mereka dan butuh prioritas"
Dalam situasi padatnya Ibukota Jakarta, jasa KRL Commuter Line menjadi alternatif pilihan transportasi sebagian besar masyarakat. Selain efisien dari sisi keuangan, menjadi sasaran paling tepat untuk menghindari kemacetan lalu lintas. Sehingga bukan rahasia lagi ketika jasa KRL sangat padat khususnya di waktu-waktu sibuk, jadwal keberangkatan dan kepulangan sebagian masyarakat yang bekerja.
Padatnya peminat jasa KRL membuat para penumpangnya akan selalu berebut untuk mendapatkan posisi duduk. Belum lagi jika jarak perjalanannya relatif jauh, akan sangat melelahkan jika tidak mendapat posisi duduk.
Saya teringat dengan perjalan saya minggu lalu, saya memutuskan menggunakan jasa KRL dengan alasan yang sama, efektif dan efisien.
Hanya ada bangku prioritas yang kosong saat itu. Dan itupun hanya untuk satu penumpang. Biasanya, walaupun bangku tersebut tidak diduduki, karena memang peruntukannya untuk prioritas, saya selalu komitmen untuk tidak mendudukinya. Namun karena kondisi saya masih kurang fit, akhirnya saya duduk.
Biasanya untuk sederetan bangku prioritas, ada 3 penumpang yang bisa duduk. Di samping saya ada seorang ibu dengan anak kecilnya. Di depan saya ada anak remaja dengan ibunya yang masih paruh baya dan seorang mahasiswa.
Sampai di stasiun Karet, ada seorang ibu wanita yang menurut saya sekitar 40-50 tahun, dan berdiri diantara 2 deretan bangku prioritas. Saya berharap anak remaja ataupun mahasiswa di depan saya akan mengalah untuk memberikan tempat duduknya kepada sang ibu, mengingat bahwa bangku prioritas peruntukannya sudah sangat jelas, "Ibu Hamil, Ibu membawa anak, Lanjut Usia dan Diasbilitas".
Karena tidak ada yang mengalah, akupun berdiri dan mempersilakan si ibu untuk duduk. Dan berdoa dalam hati, semoga kuat berdiri sampai di stasiun yang dituju.
Selanjutnya, seorang ibu dengan 2 orang anaknya yang masih balita masuk dalam KRL dan berdiri diantara deretan bangku prioritas juga. Mungkin sang ibu berharap ada orang yang mengalah untuk memberikan bangku prioritas itu kepadanya dan dua anaknya.
Namun, harapan sang ibu sepertinya sirna, karena si anak remaja dan sang mahasiswa yang saat itu duduk di bangku prioritas asyik dengan gadget di tangannya.