"Nak..ini uang jajan, tapi jangan lupa sisanya nanti kita tabung di Bank ya"ucap ibu menasihatiku, "kok ditabung bu" tanyaku heran, ibu melempar senyum dan menghampiriku lalu menunjukkan sebuah buku berjudul "Menabung Pangkal Kaya", sesaat aku terdiam sebentar dan kemudian menghiraukannya untuk bergegas pergi.
Sejak kecil sebelum berangkat sekolah, ibu selalu menasihatiku dengan kalimat itu. Hingga kini ucapan itu masih terngiang jelas, namun semakin bertambahnya waktu semakin membuatku bertanya-tanya betul tidaknya nasehat itu.
Banyak yang berpendapat bahwa menabung itu tak jauh dari makna irit dengan segala pertimbangan ini maupun itu, belum lagi ada anggapan kalau menabung itu tidak bisa memberikan keuntungan secara cepat (instan) padahal kebutuhan hidup sedang mepet dan lagi butuh banyak uang. Puncaknya, orang sering menggerutu "dapat untungnya dikit, jadi buat apa nabung?", pandangan inilah yang sedikit keliru dan perlu diluruskan.
Saat ini kita hidup di jaman yang penuh obsesi akselerasi kebutuhan yang ujungnya mengarah kepada hal serba instan dengan ingin mendapatkan keuntungan dari hasil investasi jangka pendek. Padahal dalam dunia finansial kondisi serba instan merupakan momok yang dapat memicu kekacauan (chaos),karena seharusnya esensi dalam investasi itu soal bagaimana keberlangsungan menjalankannya (suistanable) dan bukan soal kapan dapat keuntungannya (profit).
Dilansir dari indopremier.com, berinvestasi itu menyangkut teknik bagaimana anda harus bisa berteman dengan waktu dan jangan terpengaruh ragu, karena hasil yang tinggi dari investasi tentu tidak dapat anda nikmati secara instan, setidaknya ini bisa menjadi peringatan dini (early warning) bagi investor pemula, oleh karenanya anda perlu memahami jangka waktu investasi agar bisa menentukan instrumen yang pas dan optimal untuk meraih tujuan anda.
Menabung di bank merupakan bentuk investasi jangka pendek, sedari kecil setiap orang selalu diingatkan agar melakukannya. Mengapa harus di bank? Untuk menjawabnya diperlukan penjelasan yang detail dan kompleks, karena jika penjelasan yang diberikan keliru tentu orang akan lebih memilih menabung dengan caranya sendiri atau tradisional.
Sejatinya paradigma menabung di Bank memiliki tujuan untuk memanajemen risiko sekaligus mengatur arus kas (pemasukan dan pengeluaran) terhadap kebutuhan jangka pendek ataupun jangka panjang, jika tujuan ini dipelintir dengan tujuan investasi jangka panjang tentu tak ada titik temunya, apalagi jika anda berpikir bahwa dengan menabung anda langsung cepat kaya, maka anda keliru besar. Namun jika kaya disini diartikan secara kontekstual maka lebih tepat, karena menabung membuat anda kaya dengan pengetahuan bagaimana mengelola keuangan secara cerdas dan bukan kaya secara materiil.
Menabung merupakan pilihan yang tepat jika anda ingin memiliki alokasi dana cadangan yang bisa digunakan sewaktu-waktu (jangka pendek), beda halnya dengan investasi jangka panjang yang punya ketergantungan tinggi terhadap pengembangan asset yang dimiliki, belum lagi resiko besar (Agresif) yang sebanding dengan returnnya, dimana semakin tinggi resiko yang anda hadapi maka semakin besar pula keuntungan yang anda peroleh (High Risk High Return).
Bicara soal keuntungan, menabung juga tidak bisa disandingkan dengan investasi jangka panjang karena masing-masing tujuannya jelas berbeda. Meskipun demikian, bagi bank Konvensional menabung juga memiliki keuntungan berupa bunga yang diberikan setiap bulannya dengan persentase tertentu dan berbeda-beda, bunga ini memang tidak bertumbuh signifikan tapi soal risiko jelas lebih kecil (Konservatif).
Berkaca dari First Travel & Koperasi Pandawa
Bukan hal yang asing tentunya jika anda mengetahui kasus penipuan yang dilakukan oleh First Travel terhadap ribuan jamaahnya atau agennya serta Koperasi Pandawa terhadap anggotanya. Kali ini bukan soal kerugiannya yang jadi sorotan, tapi coba lihat bagaimana modus penipuan yang dijalankan.