Lihat ke Halaman Asli

Jenguk Daku: Nasib Siswa di Pedalaman "Hutan Sawit" Borneo

Diperbarui: 18 Juni 2015   02:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14085763321169256685

Wilayah Negeri ini sangatlah luas. Selain luas, topografi negeri ini juga beraneka ragam, diantaranya lipatan, patahan, gunung, dataran rendah, dataran tinggi, bukit­-bukit, pegunungan, basin, dan palung. Wilayah yang luas dengan topografi yang beraneka ragam menjadi alasan pemerataan pembangunan di negeri ini sulit untuk diwujudkan. Salah satu pembangunan yang merata adalah pembangunan di bidang pendidikan.

Pendidikan merupakan bidang pembangunan yang cukup vital. Pendidikan yang baik akan membentuk generasi penerus menjadi manusia yang mampu berkompetisi di kancah dunia. Begitu pula sebaliknya, Pendidikan yang kurang terurus akan membentuk manusia yang pesimis dan apatis terhadap kemajuan negeri.

Borneo merupakan salah satu daratan yang terluas di dunia. Di Borneo, Indonesia memiliki wilayah kekuasaan terluas. Provinsi Kalimantan yang dicanangkan sebagai paru-paru dunia seperti harus dikoreksi ulang. Semenjak penulis menjejakkan kaki pertama kali di bumi Kalimantan, kesan paru-paru dunia tidak pernah nampak. Kalimantan sekarang telah berbasis hutan sawit. Beratus-ratus ribu hektar tanah di Kalimantan telah berubah menjadi Hutan Sawit.

Berdirinya berbagai Perusahaan Kebun Sawit (PKS) tidak hanya menimbulkan kesan negatif. Kesan positif setengah hati juga bisa dirasakan oleh rakyat Indonesia. Masyarakat Indonesia yang kesulitan mencari perkerjaan dan penghasil yang melabuhkan pilihan sebagai karyawan PKS. Mereka turun temurun menopangkan hidupnya pada hasil bekerja di PKS. Akibatnya, anak-anak mereka seakan-akan tidak mempunya dunia lain, selain dunia Hutan Sawit.

Perhatian pihak managent PKS juga masih kurang terhadap nasib generasi penerus bangsa ini. Pihak management hanya memberikan fasilitas seadanya untuk membentuk generasi penerus yang tangguh. Seakan-akan sudah memenuhi persyaratan pelayanan minimal untuk karyawannya, cita-cita generasi penerus bangsa ini hanya menjadi khayalan belaka.

Untuk berangkat sekolah, generasi penerus bangsa ini harus mengantri jemputan mulai pukul 04.30 Wib dengan fasilitas kendaraan dumtruck yang modifikasi. Fasilitas jalan yang terbuat dari tanah membuat generasi penerus harus merasakan ketidaknyamanan walau musim berganti. Di musim penghujan, mereka merasakan dinginnya air hujan di atas bak truck. Sedangkan di musim kemarau, mereka akan mandi debu sehingga pakaian seragam mereka akan berubah warna.

Dumtruck sebagai transportasi siswa - Dokumen pribadi

Haruskan kita diam? TIDAK. Harus ada solusi buat meraka agar cita-citanya tidak menjadi khayalan. salah satu solusi adalah membuka cakrawala pengetahuan mereka tentang dunia luar. MEMBACA merupakan salah satu cara untuk membuka cakrawala tersebut. Dengan membaca, mereka akan mengetahui perkembangan-perkembangan yang telah, sedang, dan yang akan terjadi di luar HUTAN SAWIT.

Berdirinya Perpustakaan Kampoeng diharapkan bisa memfasilitasi generasi penurus bangsa ini untuk membuka cakrawalnya. Perpustakaan Kampoeng menyediakan buku-buku motivasi yang diharapkan akan memotivasi generasi penerus bangsa untuk bisa keluar dari cengkraman HUTAN SAWIT ini.

14085763701619287070

Logo Perpustakaan Kampoeng - Dokumen Pribadi

Sebagai daya tarik untuk memotivasi generasi penerus, Penulis pernah bersusah payah untuk menunjukkan bahwa mereka bisa berprestasi seperti siswa-siswa yang sekolah di kota. Usaha yang tidak sia-sia, Tim KIR SMP Negeri 4 Danau Sembuluh pernah menjadi finalis ISPO Ke-4 di Jakarta. Dengan bergulat melawan 900-an judul karya ilmiah yang masuk ke panitia, Tim KIR SMP Negeri 4 Danau Sembuluh mampu unjuk gigi di Universitas Indonesia - Depok.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline