Lihat ke Halaman Asli

Jasmine Humaira

Seorang Mahasiswi

Perempuan sebagai Pemimpin

Diperbarui: 11 Agustus 2021   22:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kepemimpinan tidak bisa terlepas dari individu yang berperan sebagai pemimpin. Banyak yang menghubungkan antara kemampuan individu dalam memimpin dengan aspek biologis yaitu berdasarkan pada perbedaan jenis kelamin pria dan wanita. 

Zaman sekarang persoalan mengenai gender sudah bukan merupakan faktor pembeda. Wanita dikenal sebagai makhluk yang lemah lembut, penuh dengan emosional sedangkan pria yang selalu dianggap kuat, lebih rasional. Konsep gender ini menggambarkan perbedaan pria dan wanita secara sosial budaya menurut tempat dan waktu dengan mengacu pada unsur emosional dan kejiwaan. Perbedaan yang telah disebutkan menimbulkan ketidakadilan pada wanita berupa penandaan (stereotype).

Tentu terdapat perbedaan gaya kepemimpinan wanita dan pria, diantara nya sebagai berikut:

Wanita: Tidak agresif, Emosional, Mudah terpengaruh, Mudah tersinggung dan Sangat subjektif.

Pria: Sangat Agresif, Sangat suka spekulasi, Tidak mudah terpenegaruh, dan Sangat Objektif.

Terdapat penelitian yang dilakukan, dimana pengikut menilai pemimpin Wanita secara signifikan lebih tinggi dibanding pria untuk mengembangkan organisasi yang lebih fleksibel dan adaptif. Pemimpin wanita dinilai memiliki pengaruh yang lebih ideal, memberikan motivasi yang inspirasional dan lebih memerhatikan anggota/pengikutnya. Wanita lebih terampil dan dianggap lebih ramah serta memiliki empatik yang tinggi. 

Namun, terdapat juga sisi negative nya seperti perilaku wanita dipengaruhi oleh perubahan hormon. Hal ini dapat memengaruhi kinerja nya dalam lingkungan kerja. Lalu wanita terkadang kurang kebijakan dalam organisasi. Contoh nya keseimbangan antara keluarga dan pekerjaan, terlebih lagi bagi wanita yang sudah berkeluarga. 

Pada dasarnya wanita memiliki sifat dasar untuk sukses dalam menjadi pemimpin. Mereka yang cenderung lebih sabar, memiliki empati dan multitasking. Perempuan juga memiliki bakat dalam menjalin networking, memiliki komunikasi yang lebih baik dan lebih luwes dibandingkan pria. Jadi, menurut saya perbedaan gender bukanlah menjadi suatu masalah untuk menjadi seorang pemimpin. Baik wanita maupun pria keduanya bisa menjadi seorang pemimpin yang berhasil membawa organisasi nya dalam mencapai tujuan. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline