Lihat ke Halaman Asli

Jons Manedi

SikolaLapau

Sesalilah Sebelum Terlambat...

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penyesalan kadang memang dan akan selalu terasa setelah kita melakukan sesuatu perbuatan, walau terkadang apa yang kita lakukan itu adalah hal yang baik tetap akan selalu saja ada penyesalan yang akan kita rasakan.

Seperti yang pernah dikisahkan pada zaman Nabi Muhammad SAW, Rasul pernah pergi melayat kerumah seorang sahabat yang baru saja menghembuskan nafas terkahir, sesampai dirumah duka, Nabi pun bertanya kepada istri almarhum, “apa ada wasiat yang ditinggalkan oleh suamimu?” sang istri menjawab “tidak ya Rasullah, kecuali secarik kertas berwarna putih”. Rasul menjadi penasaran dengan apa yang disampaikan oleh istri sahabat tersebut, “Apa isi dari kertas putih itu?” dengan nada ingin tahu, “saya tidak paham wahai Rasul, karena dalam kertas ini Cuma berisikan tiga kalimat yang yang membuat saya menjadi bingung” sang istri memberikan penjelasan, kemudian sang istri membacakan kalimat demi kalimat yang tertulis dalam secarik kertas putih tersebut, “andai lebih jauh, andai lebih banyak, dan andai yang baru” itu kalimat yang tertulis dalam kerta ini ya Rasullulah, sang istri memberikan kertas tersebut kepada Rasul.

Cukup lama Rasul termenung dengan isi kalimat yang ada dikertas putih tersebut, namun akhir nya Rasul teringat akan cerita para sahabat tetang prilaku Almarhum yang sangat terkenal kealiman dan tafakurnya kepada Allah dan selalu menjalankan perintah dan meninggalkan larangan Allah SWT.

Rasul menjelaskan, Pertama “Andai lebih jauh” suami adalah seorang ahli ibadah, selama masa hidupnya tak pernah sekalipun dia melewatkan shalat shubuh secara berjemaah di mesjid yang jaraknya dekat dengan rumahmu, sebelum malaikat mengambil nyawa suamimu, malaikat memperlihatkan imbalan dari langkah demi langkah ketika mau melaksanakan amalan shalat shubuh secara berjamah dimesjid, maka menyesallah suamimu, dan dia menuliskan dikertas ini “andaikan lebih jauh”.

Kedua “andaikan lebih banyak”, mungkin kamu masih ingat ketika suatu hari suami mu, kamu dan seluruh anak-anak berkumpul diruangan makan untuk melaksanakan buka puasa, dan dimeja makan sudah ada 1 buah roti untuk masing-masing anggota keluarga yang akan berbuka bila magrib datang, tiba-tiba disaat waktu berbuka akan masuk, pintu depan rumah mu diketuk oleh seseorang, suami mu lalu pergi kedepan untuk membukan pintu, terkejut suami mu ketika melihat seorang wanita paroh baya berada didepan pintu dan datang untuk meminta perbukaan, lalu roti yang ada ditangan suami mu dipotong dua, sepotong roti tersebut diberikan kepada wanita tersebut. Ketika sya’ratul maut, Allah memperlihatkan pahala dari memberikan sepotong roti tersebut, maka terucaplah kata “andai lebih banyak”.

Ketiga, pernah suatu hari suamimu hendak pergi melaksanakan shalat jum’at ke masjid, kebetulan disaat itu dia memakai dua buah baju jubah, yang lama dipakai didalam dan yang baru dipakai diluar, ditengah perjalanan dia bertemu dengan seorang laki-laki yang memiliki baju yang sudah tak layak untuk dipakai, lusuh dan banyak tambalan, laki-laki tersebut menegur suamimu, dan meminta suamimu untuk bermurah hati memberikan satu helai jubah kepadanya, tanpa pikir panjang suami lalu membuka jubah dan memberikan jubah yang lama kepada laki-laki tersebut. Maka ketika malaikat Israil datang menjemput ajal, diperlihatkan amalan suamimu memberikan jubah usang kepada laki-laki tersebut, suamimu menyesal kenapa tidak memberikan jubah yang baru kepada laki-laki itu, maka terucaplah kata “seandainy yang baru”.

Kisah diatas sangat menyentuh dan mengingatkan kita kepada prilaku kita saat kini, sudahkan kita mengevaluasi ibadah yang pernah kita lakukan? Sudahkan kita menghitung-hitung amalan yang kita perbuat? Ahli ibadah seperti sahabat saja masih menyesal ketika dia tahu amalannya masih kurang dan dia ingin kembali kedunia hanya untuk melakukan ibadah siang dan malam kepada Allah.

Hari ini kita banyak melihat orang-orang yang tinggal berdekatan dengan Masjid dan Mushalla, tapi sangat jarang sekali mereka datang untuk melaksanakan shalat subuh berjemaah di Masjid dan Mushalla, ketika subuh dtaang mereka masih asik terlelap dalam alunan mimpi indah dalam selimut tebal, padahal kaum kafir dan yahudi pernah berkata “kita tidak akan pernah takut kepada umat Islam, sampai shalat subuhnya hampir sama banyaknya dengan ketika mereka shalat Jum’at”. Seharusnya perkataan ini menjadi cambuk bagi kita untuk meningkatkan amalan kita kepada Allah, dan mari kita laksanakan shalat subuh berjamaah di masjid.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin di Indonesia hingga Maret 2014 mencapai 28,28 juta orang, atau bertambah 110 ribu orang jika dibandingkan dengan periode Maret 2013 sebesar 28,17 orang. Melihat dari data yang disajikan oleh BPS ternyata masih banyak rakyat Indonesia yang berada dibawah garis kemiskinan, satu pertanyaan muncul buat kita semua, sudahkah kita memberikan perhatian lebih untuk mengatasi persoalan kemiskinan ini? Sudahkah kita membeyarkan zakat harta kita secara tepat? Sudahkah para lembaga pengelola zakat menyalurkan zakat yang diterima kepada yang berhak menerima? Begitu banyak pertanyaan yang akan muncul tentang bagaimana cara untuk pengentasan kmeiskinan di negara ini, padahal Indonesia mayoritas Islam, dan yang banyak miskin itu juga umat Islam, apakah si kaya Islam tidak membayarkan zakat untuk membantu si miskin? Sedangkan Allah telah berjanji kepada umat Nya yang sering melapangkan hidup orang lain, maka Allah pun akan melapangkan hidupnya baik didunia maupun akhirat.

“Ya Allah jangan engkau jadikan kami orang-orang yang khufur akan nikmat Mu ya Allah, jadikanlah kami orang yang senantiasa bersyukur akan nikmat yang telah Engkau berikan, kami tidak ingin menjadi orang yang menyia-nyiakan kesempatan untuk berbuat baik, kami ingin menikmati indah syurga-Mu ya Rabb.... amin“

Editing by Nila

== JsM ==

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline