Lihat ke Halaman Asli

Nasehat Buya Hamka Pada Anaknya

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah mengikuti sebuah acara di Bandung, Buya Hamka serta anaknya pulang dan bersinggah sebentar di sebuah masjid untuk menunaikan sholat ashar. Waktu itu, ada beberapa orang yang datang mendekati Buya Hamka, lalu karena memiliki sebuah intuisi kuat yang dianugerahkan Allah SWT kepada beliau, Buya Hamka berujar kepada anaknya..

"Irfan..., ketiga orang ini bermaksud jahat dengan mendekati kita". Ucap Buya.


Sang anak pun terkejut dengan ucapan beliau, tapi ia percaya dengan apa yang dikatakan ayahnya itu.Tak selang beberapa lama, orang yang telah menodongkan pisau ke leher Buya Hamka, malah menjerit kesakitan karena kedua tangannya itu dengan cepat dicengkram oleh Buya hamka. Sang anak begitu terkesima dengan keberanian dan kemahiran Buya Hamka menggunakan ilmu silatnya. Setelah kejadian tersebut, Irfan meminta sang ayah untuk mengajarkannya jurus yang ia lihat itu. Buya Hamka mengajarkan ilmu silat tersebut saat Irfan memasuki jenjang SMP. Sebatas untuk pertahanan diri, tidak diajarkan untuk menyerang. Beliau bilang: "Ayah tahu, kamu memiliki sifat tempramental". Beliau khawatir ilmu silat itu akan di salahgunakan.

Kisah lainnya, Buya yang tidak pernah tamat sekolah formal dan pernah dikeluarkan sebagai dosen dari IAIN Jakarta karena tidak memiliki ijazah malah mendapatkan gelar doktoral dari universitas Alazhar Cairo, suatu gelar yang sangat membanggakan juga jarang disematkan pada orang-orang hebat pada umumnya menekankan betapa pentingnya sebuah ilmu pengetahuan.

"Irfan... Ada 3 macam kemalangan dibumi ini:

  1. Betapa malangnya orang yang tidak mempunyai ilmu sedikitpun.
  2. Betapa malangnya, orang yang memiliki ilmu tapi ia pendam sendiri ilmu tersebut dan tidak mau menyebarkannya.
  3. Betapa ruginya, orang yang memiliki ilmu dan mengajarkannya kepada masyarakat tapi meminta bayaran untuk upaya tersebut, ia mendapat keuntungan di dunia, tapi tidak mendapat ganjaran pahala sedikitpun.


Ini alasan, bahwa untuk mencapai kebenaran yang sejati dalam mendapatkan ilmu yang hakiki bisa kita dapatkan dengan niat yang tulus dan hati yang bersih.

(Saya kutip ini dari pembicaraan mengenai review buku berjudul "Ayah..." oleh Irfan Hamka, yang berlangsung 6 Februari 2014 di masjid Agung alazhar ba'da maghrib malam lalu). Buku yang menarik....




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline