Lihat ke Halaman Asli

Klappertaart

Diperbarui: 2 November 2017   12:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Sudah sejak tiga jam yang lalu, dia tiba di taman ini. Lalu duduk di salah satu bangku yang tersedia, dengan tatapan gusar yang tak pernah bisa disembunyikan. Manik matanya berkilatan ke sana ke mari, berkali-kali pula dia menoleh, menegaskan bahwa ada seseorang yang sedang ditunggu. Sebuah tentengan, semacam goodie bag, bertuliskan Raisa Food tersimpan rapi di sebelah kanannya.

Rey, demikian nama lelaki itu. Muda, tampan, berkharisma, dan baru saja lulus SMA. Dia datang untuk sebuah janji yang hingga kini masih dipegangnya erat. Janji bertemu dengan Ratri, seorang gadis yang dikenalnya secara tak sengaja, setahun yang lalu, saat sedang berjalan-jalan sembari menikmati suasana senja yang damai.

"Maaf, numpang tanya, tahu alamat ini?" tanya gadis berrambut hitam lurus sebahu itu dengan sopan, di awal pertemuan mereka. Lantas menunjukkan sebuah alamat yang tertulis pada telepon genggamnya.

Rey membaca dengan seksama. "Eyang Sasmita, Selacai," dia bergumam,  keningnya tampak berkerut, sepertinya sedang memikirkan rute yang harus dilewati untuk menuju ke alamat. "Oya, dari sini naik angkot 03, lalu turun di bunderan yang dekat kantor bupati, lalu nyambung naik angkot lagi yang warna putih, nah, angkot itu melintas ke jalur tersebut," lanjutnya memberi petunjuk.

Gadis itu manggut-manggut, namun, dari sinar matanya, terlihat jelas ada ragu yang tersirat. "Makasih," ucapnya lembut, lalu tersenyum, dan akhirnya beranjak mengikuti arahan. Rey membalas sambil terus mengawasi. Entahlah, pandangannya menjadi sangat sulit untuk berpaling. Ditambah sedikit khawatir, kalau-kalau gadis itu tidak bisa menemukan alamat dengan tepat.

Dari tempatnya duduk, Rey dapat melihat dengan jelas, kalau gadis berkulit cerah dan berhidung mancung itu sudah berhasil menaiki angkot pertama. Yang tak lama kemudian, angkot pun melaju mengikuti lintasan sesuai trayek. Ah! Rey merasa seperti ada sesuatu yang hilang, sesuatu yang pergi, yang mungkin tak akan pernah datang kembali!

Tanpa banyak pertimbangan, lelaki muda berkaus oblong warna hitam itu segera melesat ke tempat parkir, mengambil motor besarnya, dan memacu kecepatan untuk menyusul angkutan umum perkotaan yang ditumpangi gadis cantik yang tadi menanyakan alamat kepadanya. Dia seperti tak mau kehilangan momen untuk bisa mengenal lebih dekat. Untunglah, laju angkot yang hanya dengan kecepatan sedang, ditambah sering berhenti untuk menaik-turunkan penumpang, memudahkannya mengejar. Dia pun lantas mengurangi kecepatan, dan hanya membuntuti dari jarak aman.

Sesuai dengan petunjuk, angkot berhenti di bunderan. Gadis itu pun turun, lalu tampak sibuk mengurus barang-barang bawaan; sebuah koper, tas gendong dan tas jinjing berukuran sedang. Rey menghentikan motor tepat di depannya. Gadis itu menoleh, dan terlihat sedikit kaget, tampak jelas dari lipatan yang tiba-tiba muncul di kening.

Rey membuka helm, lalu tersenyum, untuk sekedar mencairkan suasana dan meredam sedikit gugup yang tiba-tiba menerpa. "Sorry, kalau sempat membuatmu kaget. Aku hanya ingin memastikan, kamu gak kesasar," ucapnya beralasan. Gadis berkaus merah muda polos lengan panjang itu menghela napas, lalu balas tersenyum.

"Oya, aku, Rey." Lelaki muda itu kemudian menyebutkan nama sambil mengulurkan tangan.

Dengan sedikit ragu, si gadis menyambut. "Aku, Ratri," katanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline